REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekitar 80 ekstremis Yahudi menyerang Al-Aqsa dengan melakukan ritual Talmud di halaman masjid, Rabu (7/5) waktu setempat. Namun, para penjaga dan para pelajar berhasil mengehentikan ritual yang dilakukan secara sengaja oleh 80 ekstremis Yahudi tersebut.
"Tiga kelompok termasuk 80 pemukim ekstrem Yahudi menyerang Al-Aqsa dengan masuk melalui gerbang Maghribi dan mencoba melakukan ritual Talmud di halaman masjid," ujar Mahmud Abu Atta, direktur bidang media Yayasan Al-Aqsa untuk wakaf dan warisan, seperti yang dilansir Mi’raj News Agency, Rabu (7/5).
Ia mengatakan, saat peristiwa tersebut terjadi, para penjaga Israel ikut serta campur tangan untuk menjaga ketat para ekstremis itu. Para penjaga Israel melindungi para pemukim ekstrem dengan mencegah jamaaah Al-Aqsa mendekat.
Abu Atta melanjutkan,Selasa (6/5), polisi Israel telah memberlakukan blokade ketat pada masjid Al-Aqhsa. Mereka melarang warga palestina yang bersusia 50 tahun ke bawah memasuki masjid.
"Sementara itu, para pemukin ekstrem Yahudi mempunyai kesempatan untuk menyerbu Al-Aqhsa dengan memasuki melalui pintu gerbang Maghribi. Hal tersebut membuktikan, Israel melarang warga Palestina untuk shalat berjamaah di masjid Al-Aqhsa," ujarnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, para penjaga Israel mendampingi para pemukim ekstrem Yahudi untuk memaksa menerobos masuk kawasan Al-Aqsa. Hal itu pernah dilakukan beberapa kali.
Para pemukim ekstrem Yahudi mengklaim, di bawah tanah Masjid Al-Aqsa terdapat kuil suci mereka. Yaitu, lokasi ke dua kuil Yahudi yang terkemuka pada zaman kuno dahulu.
Bagi Muslim, Masjid Al-Aqsa adalah salah satu tempat suci dan berharga. Namun, pada 1980 para kaum zionis Israel mengklaim wilayah Masjid Al-Aqsa merupakan bagian dari wilayah mereka. Hingga kini pemerintah Israel sangat membatasi warga Palestina untuk shalat di Masjid Al-Aqhsa.