REPUBLIKA.CO.ID, MARGONDA -- Sejumlah warga mengaku khawatir atas keamanan mengendarai odong-odong. Namun, mereka berharap operasi odong-odong tidak dihentikan aparat.
"Anak saya biar tenang, makanya sering naik odong-odong," kata Eti (30 tahun), ibu rumah tangga di Radar Auri, Depok, Jawa Barat, Jumat (9/5).
Keberadaan odong-odong, kata Eti, memang menjadi sarana hiburan bagi anak-anak di lingkungan ini. Para ibu memilih kendaraan ini agar balita mereka tidak bermain ke tempat yang jauh.
Memang, kecelakaan odong-odong Yang menewaskan empat balita di Bekasi menimbulkan rasa khawatir ibu-ibu. Oka (31 tahun) mengaku setiap kali anaknya naik odong-odong kerap merasa deg-degan.
Ia berharap sopir odong-odong bisa menjaga keamanan kendaraannya, tidak seperti yang terjadi Bekasi. "Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," kata Oka.
Ibu rumah tangga lainnya, Anik (30 tahun), mengakui rasa khawatir terhadap odong-odong. Namun, karena sopirnya sudah mengenal rute yang dilalui, Anik pun merasa tenang.
Apalagi, rutenya itu tergolong tidak berbahaya. "Jadi saya sering mengajak anak saya naik odong-odong," kata Anik.
Para ibu ini menyatakan ketidaksetujuannya terkait penertiban dan pelarangan odong-odong di Depok. Mereka mempertanyakan nasib sopir-sopir odong-odong ini jika kendaraannya ditertibkan.
Kalaupun terpaksa dihapus, Anik meminta pemerintah daerah membuat sarana bermain lain buat anak-anak, seperti taman bermain. Di Depok termasuk miskin taman bermain atau lahan kosong yang bisa dijadikan arena bermain anak-anak.
Odong-odong ini beroperasi dua kali dalam satu hari. Pertama, dari pukul 08.00-12.00 WIB. Kedua, pada sore hari, mulai dari pukul 15.00-18.00 WIB. Tarif yang dikenakan satu kali perjalanan Rp 3.500 untuk dewasa dan Rp 2.500 untuk anak-anak.