REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon melaporkan kasus pertama MERS di negaranya, Jumat (9/5). Kasus itu diduga menjangkit salah satu pria Lebanon yang baru mengunjungi Arab Saudi dan negara teluk lainnya. Dia dideteksi mengidap MERS berdasarkan pemindai di bandara pada Kamis sore.
Pria tersebut telah mendapatkan perawatan yang diperlukan dan kondisinya mulai membaik. Ia sudah dibolehkan pulang namun harus menjaga jarak dengan orang-orang di sekitarnya. Kementerian kesehatan menolak memberitahu di rumah sakit mana pria tersebut dirawat.
Menteri Kesehatan Beirut Wael Abu Faour telah memberikan perintah untuk mengaktifkan pemindai panas di terminal kedatangan bandara Beirut untuk mendeteksi MERS pada pelancong, Kamis (9/5). Ia mengatakan alat pemindai telah terpasang di bandara Internasional Rafik Hariri.
''Semua kasus mencurigakan akan dilarikan ke rumah sakit dan menjalani tes yang diperlukan,'' kata Abu Faour kepada wartawan. Ia juga mengatakan rumah sakit di Lebanon telah siap jika harus ada pasien yang terjangkit virus tersebut.
Rumah sakit negara telah memperbaharui pelatihan untuk melawan korona virus MERS seiring meningkatnya kewaspadaan.
''Rumah sakit telah menerima pelatihan tahun lalu dan sekarang diadakan pembaharuan yang diperlukan agar bisa menangani kasus baru,'' kata direktur jenderal Kementerian Kesehatan, Walid Ammar kepada The Daily Star.
Pelatihan tersebut meliputi pencegahan infeksi dan penanggulangan untuk menghindari penyebaran virus. Petugas medis juga dibekali informasi-informasi penting untuk menambah wawasan terkait penyakit.
Peningkatan kasus semakin membuat masyarakat global waspada. WHO dilaporkan akan mengadakan pembicaraan terkait perkembangan kasus dan lainnya pada Kamis minggu depan. Hingga saat ini, peneliti masih mempercayai bahwa transmisi antar manusia masih jarang terjadi.