REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Otoritas kesehatan di Inggris menyatakan mereka telah menemukan kasus kedua dari virus mematikan Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Senin (12/5). Virus tersebut ditemukan pada seorang penumpang yang terbang dari Jeddah, Arab Saudi ke Amerika Serikat, tetapi transit di London pada 1 Mei.
Penumpang yang diketahui positif mengidap MERS tersebut merupakan pasien kedua yang akan menuju ke Amerika Serikat dan berada di Pesawat Saudi Airlines dengan nomor penerbangan 113 dengan rute perjalanan dari Jeddah ke London.
Virus MERS diketahui pertama kali muncul pada September 2012 lalu di Timur Tengah. Sejak saat itu, terhitung lebih dari 500 pasien telah terinfeksi di Arab Saudi. Ada juga kasus sporadis di seluruh Timur Tengah, serta di Eropa, Asia, dan sekarang Amerika Serikat.
Sementara Pusat Penanganan Bencana dan Pencegahan untuk AS (CDC) mengutip dari salah satu pejabat kesehatan di Florida, telah mengonfirmasi bahwa ada pasien kedua yang positif mengidap MERS.
CDC dalam pernyataanya mengatakan, pasien kedua yang terjangkit MERS adalah seorang musafir yang tertular virus di negara lain.
Sebelumnya diketahui kasus MERS pertama di AS menimpa seorang pria yang sedang melakukan perjalanan dari Arab Saudi ke Indiana pada awal bulan ini.
“Setiap penumpang yang baru saja melakukan penerbangan lalu mengalami demam, batuk atau sesak napas dalam waktu 14 hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter,” kata Kepala Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) Nick Phin seperti dilansir dari Chicagotribune, Senin (12/5).
MERS merupakan penyakit pernafasan yang menyebabkan batuk, demam dan radang paru-paru. Penyakit ini juga masih berhubungan dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang telah menewaskan lebih dari 800 orang di seluruh dunia setelah pertama kali muncul di Cina pada 2002.