Oleh: Desy Susilawati
Islam mewariskan khazanah ilmu pengetahuan yang sangat kaya kepada peradaban modern.
Berbagai macam penemuan para ilmuan Islam masih tetap berlaku dan dikembangkan hingga saat ini. Mulai dari bidang pertanian, pertambangan, kesenian, ilmu-ilmu sosial, kedokteran, hingga manajemen pelayanan pos, merupakan tindak lanjut dari warisan Islam.
Di bidang kedokteran, banyak dokter Muslim berhasil menciptakan metode-metode pengobatan. Mereka berhasil menemukan aneka terapi untuk menyembuhkan ragam jenis penyakit. Salah satunya adalah terapi warna atau lebih dikenal kromoterapi.
Kromoterapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan warna-warna. Terapi ini merupakan terapi suportif yang dapat mendukung terapi utama.
Menurut praktisi kromoterapi, penyebab dari beberapa penyakit dapat diketahui dari pengurangan warna-warna tertentu dari sistem dalam tubuh manusia. Kromoterapi, kadang-kadang disebut terapi warna atau colorologi, merupakan metode obat alternatif.
Dengan kata lain, seorang dokter (praktisi terapi) yang terlatih dalam kromoterapi dapat menggunakan warna dan cahaya untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh seseorang yang mengalami kekurangan baik fisik, emosi, spiritual, maupun mental. Terapi cahaya terbukti dapat meringankan penyakit depresi yang tinggi.
Ahli kromoterapi menyatakan, mereka melakukan praktek sesuai dasar ilmiah. Menurut hasil penelitian mereka, warna membawa reaksi emosional manusia. Standar metode diagnosa menggunakan tes warna luscher, dikembangkan oleh Max Luscher ( 1923) pada awal 1900-an.
Saat kromoterapi dilakukan, warna dan cahaya diterapkan ke daerah-daerah tertentu pada tubuh. Warna terkait dengan efek positif dan efek negatif. Dalam terapi warna, warna spesifik serta jumlah warna dianggap penting dalam penyembuhan.
Beberapa alat yang digunakan untuk me ne rapkan warna adalah batu permata, lilin, tongkat wasiat, prisma, kain tenun warna, dan kaca/lensa warna.