REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK-- Setidaknya tiga orang telah tewas dan lebih dari 20 orang terluka dalam sebuah serangan di kamp demonstran. Peristiwa ini terjadi di ibukota Thailand pada Kamis. Dilansir dari BBC, para saksi melaporkan ledakan dan suara tembakan terdengar pada Kamis pagi di kamp para pengunjuk rasa.
Para demonstran saat itu ingin menekan Senat untuk mengganti kabinet dengan pemerintahan yang ditunjuk. Seorang doktor mengatakan korban yang terluka terkena pecahan granat. Menurut kepolisian dua korban merupakan pengunjuk rasa yang tengah tertidur dan seorang penjaga keamanan tertembak.
Dalam serangan ini, tak ada kelompok yang mengaku melancarkan serangan ini. Namun, baik kelompok pemerintah maupun anti-pemerintah dikenal memiliki pasukan bersenjata keras. Pada Kamis, kepala militer Thailand memperingatkan militer bisa ikut turun tangan jika kekerasan politik ini masih saja berlanjut.
"Jika kekerasan masih berlanjut, militer bisa saja terlibat untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban," kata Jenderal Prayuth Chan-ochan dalam penyataannya. Lanjutnya, militer bisa saja mengakhiri kekerasan dengan kekuataan penuh.
Demonstrasi yang terjadi pada Kamis lalu menuntut pertemuan antara pemerintah dan Komisi Pemilihan ditinggalkan. Massa anti-pemerintah yang dipimpin oleh Suthep Thaugsuban mengganggu pertemuan antara Perdana Menteri Niwatthamrong Boonsongphaisan dan komisi.
"Pertemuan sudah selesai, perdana menteri sudah meninggalkan tempat. Kami tidak akan melanjutkan pertemuan ini sekarang," kata anggota komisi. Komisi Pemilihan menyerukan agar pemilu ditunda akibat dari kisruh politik ini.
Thailand telah mengalami masa krisis selama berbulan-bulan sejak November lalu. Sebanyak 27 orang pun tewas dalam kisruh ini dan ratusan lainnya terluka.