Selasa 20 May 2014 11:42 WIB

Calhaj Khawatirkan Flu Arab

Rep: c78/ Red: Damanhuri Zuhri
Calon jamaah haji (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Calon jamaah haji (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,

Kementerian Agama diminta memberikan rekomendasi kepada jamaah.

JAKARTA – Calon jamaah haji (calhaj) asal Kabupaten Langkat, Sumatra Utara mengkhawatirkan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) atau flu Arab. Pemerintah diminta untuk menjelaskan potensi bahaya penyakit tersebut secara perinci.

Kekhawatiran itu disampaikan 16 anggota DPRD Kabupaten Langkat yang bertandang ke kantor pusat Kementerian Agama, di Jakarta, Senin (19/5). ‘’Para calhaj mempertanyakan kejelasan bahaya MERS,’’ kata Sekretaris Komisi II DPRD Langkat Sugiono.

Menurut dia, calhaj di Langkat mencermati pemberitaan mengenai MERS. Mereka merasa khawatir dengan menjangkitnya MERS di sejumlah negara Timur Tengah, termasuk di Arab Saudi. Bahkan ada korban meninggal dunia.

Ia meminta Kemenag merekomendasikan langkah terbaik yang harus ditempuh calhaj, saat menunaikan ibadah haji tahun ini.

Sugiono juga berharap tak ada lagi pengurangan kuota jamaah haji. Sebab, banyak orang yang sudah lama menunggu untuk berangkat ke Tanah Suci.

Kepala Bagian Organisasi, Tata Laksana dan  Kepegawaian Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Arif Nurrawi mengatakan pihaknya belum dapat memastikan bagaimana cara penyebaran MERS.

Hal yang sudah pasti, pemerintah baru menerapkan travel advice dan calon jamaah haji sebisa mungkin diminta menjaga kesehatan selama di Makkah.  Soal pengurangan kuota, pemerintah belum bisa menghindarkan adanya kebijakan tersebut.

Sebab, Arab Saudi yang memutuskan pemangkasan kuota haji itu. Alasannya, kata Arif, masih ada proses pembangunan di beberapa bagian kompleks Masjidil Haram. ‘’Maksimal mulai 2017 kuota haji kembali normal,’’ ujar Arif.

Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) M Thoha Sujak mengungkapkan, ragam pemberitaan soal pasien suspect terkena flu Arab kebanyakan dalam status dugaan yang tidak terbukti. Ia mencontohkan kasus di Jember, Jawa Timur.

Ada tujuh orang yang diduga terjangkiti MERS-CoV setelah melakukan perjalanan umrah ke tanah suci, ada pula beberapa jamaah  dari DIY dan Medan. “Keseluruhan hanya diduga, tapi tidak terbukti MERS,” katanya.

 

Lagi pula, lanjut dia, wajar kalau para jamaah mengalami sakit flu, apa lagi untuk jamaah berusia lanjut. Ia mengimbau masyarakat, terutama media, agar tidak membuat kepanikan dengan membesar-besarkan kasus MERS.

Sebab hal itu akan memicu kekhawatiran calhaj yang bertekad berhaji ke Tanah Suci. Meski begitu, ia tetap mengingatkan agar seluruh calhaj dan calon jamaah umrah menjaga fisik dan mentalnya. ‘’Ini dapat mencegah terjadinya serangan virus itu,’’ kata Thoha

Saat ditanya tentang pelayanan haji yang diberikan pemerintah, Thoha mengatakan pelayanan selama ini sudah masuk kategori baik. “Dari mulai penginapan, makanan, dan pelayanan lainnya, itu sudah baik,” katanya.

Kalau memang ada sedikit kekurangan harus dievaluasi agar lebih baik pada masa selanjutnya. Mahdisin dari bagian pelayanan perizinan umrah Kementerian Agama mengakui masih banyak kekurangan. Menurut dia, pelayanan umrah bukan masalah yang sederhana.

‘’Kami harus menggerakkan orang dengan beragam perbedaan dan itu tidak mudah,” kata Mahdisin. Perbedaan tersebut, ujar dua,  misalnya mulai dari usia, latar belakang budaya, dan tingkat intelektual.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement