Kamis 22 May 2014 14:14 WIB

Stok Gula Menipis, Bulog Tunggu Keputusan Impor

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Stok Gula (Ilustrasi)
Foto: Corbis
Stok Gula (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Urusan Logistik (Bulog) belum bergerak untuk melakukan impor gula. Pemesanan gula impor baru akan dilaksanakan ketika Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan arahan berapa jumlah kebutuhan gula dan keputusan impor gula.

Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso mengatakan awalnya Bulog ditugasi menambal kekurangan gula kristal putih (GKP). Volume gula yang boleh diimpor Bulog sekitar 350 ribu ton. Jumlah ini untuk mengisi stok gudang Bulog (iron stock). "Namun hingga kini intruksi resminya belum keluar dari Kemendag," ujar Sutarto, Kamis (22/5).

Bulog menyatakan sanggup menyediakan gula tersebut mulai pertengahan bulan Mei. Namun pemesanan baru akan dilakukan jika sudah ada keputusan resmi. Hingga kini Bulog masih mencari sumber gula sambil menunggu perintah resmi dari Kemendag.

Sutarto mengatakan semakin lama penugasan tertunda, maka impor gula akan semakin mundur. Sekarang Bulog baru mendapatkan sekitar 27 ribu ton gula yang siap diimpor. Gula ini didapatkan dari Thailand. Jika diberikan waktu lebih panjang, Bulog bisa mencari sumber gula dari negara lain yang harganya bersaing.

Sebagai gambaran, jika pada bulan April penugasan resmi telah keluar, pada akhir Mei bisa tersedia 100 ribu ton gula. Lalu pada akhir Juni bisa tersedia 200 ribu ton gula, dan pada akhir Juni pasokan gula bisa mencapai 300 ribu ton. Pada akhir Juli, pasokan gula impor yang bisa disediakan Bulog bisa mencapai 380 ribu ton. Bulog pun bisa melirik gula impor dari negara lain seperti Brazil dan India. "Kalau keputusannya (impor gula) mundur, maka target tidak akan tercapai," kata Sutarto.

Bulog juga tidak langsung membeli gula dari pabrik, melainkan spot market. Hal ini guna menyiasati sempitnya waktu yang diberikan untuk melakukan impor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement