Kamis 12 Jun 2014 09:10 WIB

Rindu Ramadhan, Rindu Bola

Ustaz Erick Yusuf.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ustaz Erick Yusuf.

Oleh: Ustaz Erick Yusuf*

Bismillahirrahmanirrahim,

Ramadhan tahun ini memang Ramadhan yang terasa spesial untuk umat Islam Indonesia. Bagaimana tidak, berbagai peristiwa seru hadir di bulan Ramadhan kali ini.

Pertama adalah Piala Dunia sepakbola empat tahun sekali yang kali ini diselenggarakan di Brasil yang pasti ingin merebut perhatian kita semua. Laga pertandingan yang biasa disiarlangsungkan di televisi nasional ini biasa beradu dengan jadwal tahajud.

Hati-hati, ada yang bersyukur karena lebih mudah bangun tahajud karena selain niat bangun menegakkan shalat tapi juga mendapatkan bonus menonton pertandingan setelahnya. Namun, ada juga yang waktu shalat tahajudnya lewat dikarenakan serunya pertandingan.

Kedua Ramadhan kali ini penuh dengan hiruk pikuk kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia. Hati-hati, ada yang bersyukur event ini mengiris bulan Ramadhan. Karenanya, akan lebih khusyuk dan mengandung sarat nilai religius yang akan menghasilkan kampanye damai sekaligus amanah.

Tapi, jangan sampai ada yang hilang fokus ibadahnya karena sibuk berkampanye, apalagi sampai meninggalkan shaum-nya. Hati-hati, ayo team suksesnya segera mengimbau para pemilih dan simpatisan untuk memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan.

Tanpa kedua event di atas saja Ramadhan selalu memikat dan membuat buluh ini merindu. Kita rindu akan suasana dalam keadaan ngantuk tapi tetap sahur bersama keluarga. Betapa serunya bertemu tetangga dalam suasana tarawih di masjid.

Ah, asyiknya reuni dengan teman, sahabat dan saudara dalam suasana buka bersama. Mmh, tidak lupa menyisihkan waktu membaca Alquran dengan target khataman akhir bulan.

Indahnya pemandangan lembayung di waktu sore menjelang berbuka, tentramnya memperlama sujud kala tahajud. Lucunya melihat kebiasaan anak-anak kecil yang berpuasa menahan lapar demi menanti hadiah. Gembiranya mengumpulkan uang dan barang bekas layak pakai untuk sedekah.

Menuntut ilmu di majelis-majelis taklim yang tersebar, ngabuburit mengunjungi pameran-pameran produk Ramadhan, dan tentunya menu berbuka serta banyak lagi suasana-suasana yang dirindukan selain puncak malam Lailatul Qadr dan tentunya silaturahim akbar Hari Raya Idul Fitri.

Membahas menu berbuka, lebih tepat disebut menu ifthar. Ifthar dapat diartikan berbuka puasa sedang takjil arti sebenarnya adalah menyegerakan. Bukan seperti pemahaman awam yang menyatakan takjil adalah makanan. Ada juga yang menuliskan ahlan wa sahlan ya Ramadhan, tetapi lebih tepat marhaban Ya Ramadhan.

Walaupun keduanya berarti "selamat datang" tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan "marhaban ya Ramadhan". Karena ahlan wa sahlan lebih tepat untuk menyambut tamu.

Ah, banyak sekali bahasan tentang Ramadhan, insya Allah semakin rindu kita pada Ramadhan. Semoga kita semua tidak hanya dipanjangkan umurnya tapi juga diberi kemudahan, keringanan, kelancaran dalam menjalankan persiapan ibadah-ibadah kita nanti di bulan Ramadhan. Amin.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.

*Pimpinan lembaga dakwah iHAQi, penulis buku 99 Celoteh Kang Erick Yusuf.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement