REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyatakan capres belum memiliki visi dan misi yang mampu menjadikan Indonesia semakin bermartabat. Mereka hanya diarahkan menjadi pemimpin lima tahun kedepan.
Indonesia menurutnya hanya bisa menjadi bermartabat jika direncanakan untuk pembangunan puluhan tahun mendatang.
"Visi misi jangka panjang itu menentukan nasib bangsa ini," imbuh Hendri, saat dihubungi, Selasa (17/6).
Dia mencontohkan Tiongkok dan Korea yang sekarang ini menghasilkan produk yang dikonsumsi tingkat dunia, tren konsumsi produk kedua negara itu juga sangat memuaskan di seluruh dunia.
Tiongkok unggul dalam produk elektronik yang pangsa pasarnya sampai ke Indonesia. Ponsel dan berbagai produk elektronik Tiongkok benar - benar dilirik pasar. Sedangkan Korea, produk ekonomi kreatifnya dalam bidang seni juga diminati dunia.
Semua ini, jelas Hendri, tidak dibangun dengan visi misi yang hanya untuk lima tahun kedepan.
"Butuh waktu panjang untuk membuat produk mereka dilirik dunia," imbuh Hendri.
Pihak yang paling utama disalahkan menurutnya adalah KPU selaku penyelenggara debat. Seharusnya lembaga itu mengarahkan capres untuk memaparkan pandangan yang lebih futuristik. Ini bukan berarti capres banyak bicara yang cenderung mengawang - awang. Jika bangsa ini ingin maju, tentu harus disiapkan strategi yang jauh kedepan.
Ini tentunya harus dimulai dengan perencanaan industri - industri yang ada di Indonesia agar semakin berkembang pesat. Industri strategis Indonesia misalkan, sudah mulai dilirik negara lain dengan produk panser anoa dan senjata laras panjang yang diproduksi. "Silahkan capres membuat program yang bagus. Bukan sekadar lima tahun, tapi yang lebih jauh kedepan," imbuhnya.
Jika memang program bagus dan berjalan, tidak menutup kemungkinan capres akan dipilih dua periode dan akan harum namanya dalam membangun Indonesia.