REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum (Sekum) Persatuan Islam (Persis), Irfan Safruddin menyatakan, Romo Franz Magnis Suseno menjadi pemikir garis keras Katolik dengan surat terbuka yang ditujukan untuk Amien Rais dan capres nomor urut 1, Prabowo Subianto.
"Saya agak terkejut membaca surat terbuka Romo Frans Magnis Suseno kepada Amien Rais dan Prabowo. Pasalnya, selama ini beliau dikenal sebagai penulis etika dan filsafat," ujar Irfan saat dihubungi Republika Online, Rabu (2/7) malam WIB.
Seharusnya, kata dia, sebagai seorang penulis dan pemikir filsafat dan etika serta seorang romo atau pastur, Franz Magnis dapat bersikap lebih arif. Apalagi usianya sudah uzur, sekitar 78 tahun.
Menurut Irfan, surat terbuka itu bertentangan dengan esensi mendasar tulisannya selama ini tentang etika dan filsafat. "Franz Magnis terjebak pada keberpihakan dan sikap politiknya sendiri, sehingga tidak konsisten dengan tulisan dan pemikiran filsafat dan etikanya selama ini," tuding Irfan.
Dia pun mengaku bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan Franz Magnis? Keberpihakannya menjadikan ia kehilangan sisi pemikiran filsafat dan etikanya.
Terkait dugaan pelanggaran ha asasi manusia (HAM) yang ditudingkan ke Prabowo, tentu harus dibuktikan secara hukum. Sedangkan Amien Rais, menurut dia, bukan Islam garis keras, melainkan orangnya memang keras dalam mendukung penegakan HAM.
Amien Rais, papar Irfan, termasuk orang paling konsisten dan terdepan untuk mendorong reformasi dan menentang rezim Orde Baru.