Jumat 04 Jul 2014 03:28 WIB

Aktivis 98 Tanggapi Pernyataan Romo Magnis

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Citra Listya Rini
Pius Lustrilanang
Foto: ANTARA/Andika Wahyu
Pius Lustrilanang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis 98, Pius Lustrilanang, angkat bicara terkait pernyataan Romo Frans Magnis Suseno. Dalam keterangannya kepada Republika Online, Jumat (4/7), Pius memaparkan tanggapan berikut.

"Pertama-tama, saya minta maaf kepada Romo Frans Magnis Suseno dan saudaraku kaum muslimin yang sedang berpuasa. Setelah membaca surat Romo Magnis, saya jadi terdorong untuk ikut bersuara," kata Pius.

Berbeda dengan Romo Magnis, dirinya mantap memberikan suara buat Prabowo Subianto. Dirinya juga tidak bicara program, karena percaya semua pemimpin bertekad baik untuk menyejahterakan rakyat. Pemimpin bisa mengundang ribuan ahli untuk menyusun program bagi kemakmuran negara.

Pius tidak khawatir sama sekali dengan Amien Rais dan jargon perang badarnya. Tidak juga dengan kelompok ormas Islam radikal.

"Bagi saya Amien Rais tetaplah salah satu tokoh reformasi. Jika ia berniat jahat, pasti itu sudah dilakukannya saat menjadi Ketua MPR," tegas Pius. Bukankah beliau yang memimpin perubahan demi perubahan UUD di masa awal reformasi? UUD yang menjadi fondasi demokrasi sekarang.

Pius juga menegaskan saat ini sudah ada UU ormas untuk menangkal aksi kekerasan dan kebrutalan ormas. "Kita cuma butuh pemimpin yang tegas, yang bisa melindungi keberagaman kita," imbuhnya.

Surat pernyataan Romo juga menyinggung soal kasus penculikan aktivis. Sebagai aktivis yang diculik, Pius tahu hal tersebut tidak mungkin atas inisiatif Prabowo sendiri.

Kasus penghilangan orang adalah sebuah kejahatan rezim (Soeharto), bukan tindakan koboi para petinggi militer. Jika ada yang salah, maka yang salah adalah doktrin. Kesalahan doktrin adalah kesalahan institusi. "Menyalahkan Prabowo semata, bagi saya, hanyalah upaya pengkambinghitaman," ucapnya.

Tuduhan Romo yang menggambarkan Prabowo sebagai orang yang tidak taat konstitusi dan aturan militer saat masih aktif pun dianggap berlebihan. Jika Prabowo betul sedigdaya itu, mengapa dia membiarkan dirinya dicopot dari jabatan Pangkostrad. Bukankah itu berarti dia tunduk pada aturan dan hierarki?

Mohon maaf Romo Magnis, apa yang Romo khawatirkan dinilainya tidak ada yang baru. Semuanya hanyalah resume dari kampanye negatif yang selama ini diarahkan buat Prabowo. "Jika ada yang salah dari apa yang diutarakan, saat ini juga saya mengaku dosa. Tuhan Yesus, ampuni dosa saya. Amin," kata Pius mengakhiri keterangannya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement