Selasa 08 Jul 2014 03:15 WIB

Panasnya Pilpres Ikut Goyang Rupiah

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mendengarkan paparan anggota badan anggaran di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/6).
Foto: Republika/ Wihdan
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mendengarkan paparan anggota badan anggaran di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/6).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai semakin dekatnya Pilpres 2014 yang akan digelar pada 9 Juli nanti telah membuat pergerakan rupiah terpengaruh dalam sepekan terakhir.

"Sebetulnya ini kondisi yang sifatnya non teknis. Ada suatu pengaruh dari perkembangan politik di Indonesia," ujar Agus saat ditemui di Gedung DPR di Jakarta, Senin malam.

Namun, lanjut Agus, penguatan rupiah tersebut sifatnya hanya sementara dan secara umum tidak ada suatu hal khusus yang membuat rupiah bergerak menguat.

Agus juga meyakinkan bahwa pihaknya akan selalu berada di pasar untuk menjaga volatilitas nilai tukar berada di level yang wajar.

"BI akan ada di pasar. Apapun hasil dari pemilu BI akan yakinkan bahwa stabilitas nilai tukar terjaga," kata Agus.

Ia menambahkan, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh perkembangan neraca perdagangan yang menunjukkan perbaikan dengan surplusnya neraca perdagangan non migas.

Selain itu, BI juga menyatakan bahwa inflasi sudah menuju ke tingkat yang normal sesuai dengan target yang ditetapkan dan pihaknya akan menjaga inflasi terus berada di tingkat normal.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin sore menguat 198 poin menjadi 11.674 per dolar dibandingkan sebelumnya 11.872 per dolar AS.

Euforia menjelang berlangsungnya pemilu presiden Indonesia pada 9 Juli 2014 mendatang cukup memberikan sentimen positif bagi rupiah. Investor sepertinya cukup yakin bahwa pemilu presiden dapat berjalan lancar.

Kendati demikian, investor kemungkinan juga akan tetap waspada menanti hasil pemilu presiden pada 9 Juli 2014.

Di sisi lain, pelaku pasar uang juga sedang menunggu kebijakan moneter dari Bank Indonesia pada 10 Juli mendatang terkait suku bunga acuan (BI rate).

Pelaku pasar juga menanti publikasi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini. Jika the Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih cepat maka dapat meningkatkan daya tarik dolar AS.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement