REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Asma mulai menghasilkan karya saat usianya 15 tahun.
Islam tidak berhenti memberikan sumbangsih bagi peradaban. Seni, pengetahuan, dan sastra menjadi bidang yang cemerlang saat Islam memberikan sentuhan.
Seiring budaya literasi bangsa Arab, terutama dalam penulisan Alquran, seni penulisan yang dikenal dengan kaligrafi berkembang pesat.
Ranah seni kaligrafi bukan hanya didominasi seniman Muslim. Namun, para Muslimah tak ketinggalan mengambil peran syiar lewat goresan yang mengukir ayat-ayat Alquran.
Salah satu seniman kaligrafi Muslimah yang masyhur yang karyanya hingga kini masih tersimpan ialah Asma Ibret Hanim.
Asma Ibret dikenal sebagai seniman yang luar biasa dengan desain khas kaligrafi Arab pada masa pemerintahan Ottoman. Kemampuannya diakui sejak masa pemerintahan Sultan Selim III.
Keahliannya menulis kaligrafi diasah ketika menjadi mahasiswa dari kaligrafer terkenal Mahmud Salah al-Din. Asma belajar dan menguasai kaligrafi di al-Thuluth dan an-Nasikh.
Karya tertuanya tercatat dihasilkan pada 1795 Masehi ketika Asma berusia 15 tahun. Dia pun lulus dan mendapatkan ijazah sebelum usianya mencapai 15 tahun. Setelah bekerja dan lulus dari pelajarannya, Asma menikahi gurunya Mahmoud Salah al-Din.
Setelah lulus dari pelajarannya menulis kaligrafi, keahlian Asma diketahui pihak istana. Sultan Selim III kemudian menawari Asma pekerjaan di pemerintahan. Sultan memperkejakan Asma di kantor bea cukai kerajaan. Asma digaji bulanan sebanyak 40 corus.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah piring yang ditulis mengenai deskripsi Nabi Muhammad SAW yang ia buat tahun 1795 M. Karya Asma itu kini diletakkan di Museum Topakaba.
Sultan pun puas dengan karya seni buatan Asma ini. Sultan Selim III tak segan memberikan hadiah berupa 500 corus untuk kaligrafi di piring tersebut.