REPUBLIKA.CO.ID,
Sedikitnya 121 anak-anak terbunuh akibat serangan Israel.
GAZA -- Masyarakat sipil di Jalur Gaza tidak memiliki tempat bersembunyi dari serangan militer Israel. Hal itu diungkapkan PBB dalam pernyataannya, Selasa (22/7).
"Secara nyata, tidak ada lagi tempat aman bagi warga sipil di Gaza," ujar juru bicara PBB untuk Bantuan Kemanusiaan (OCHA), di Jenewa, kemarin.
Jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai 600 orang pada Selasa. Sumber media Palestina, seperti dikutip Maan News, melaporkan, setidaknya 27 orang tewas kemarin.
Di antara para korban yakni Ahmad Abu Seido yang tewas setelah Israel menggempur taman di timur Gaza. Korban lainnya yakni gadis berusia empat tahun, Muna Rami al-Kharawt, di utara Jalur Gaza.
Jasad dua wanita juga dievakuasi dari bangunan rumah mereka di permukiman Zaytoun. Keduanya diketahui bernama Fatima Hasan Azzam (70 tahun) dan Maryam Hasan Azzam (50 tahun).
Gumpalan asap hitam terlihat terus membubung tinggi di atas langit Gaza. Rudal dan misil Israel terus menghujani wilayah itu. Memasuki minggu ketiga atau hari ke-15, Israel meluncurkan serangan dari udara, laut, dan darat.
Israel tak hanya menghancurkan rumah penduduk, tetapi juga menembak ke arah rumah sakit. Sekitar 500 rumah warga Palestina telah hancur akibat serangan udara.
Sementara, 100 ribu warga Palestina telah mencari perlindungan di 69 sekolah-sekolah yang dikelola Badan Bantuan dan Pekerja PBB (UNRWA). "Mereka membutuhkan bantuan makanan air dan matras," ujar Laerke.
Namun yang paling menyedihkan, anak-anak harus membayar mahal atas serangan Zionis tersebut. Mereka tak hanya menderita secara fisik tetapi mengalami gangguan psikologis.
Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) memperkirakan terdapat 121 anak-anak yang tewas sejak serangan yang dilakukan Israel pada 8 Juli silam. Lebih dari 900 bocah juga terluka.