REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan menggunakan standard penilaian baru, Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) kembali merilis laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2013 untuk 187 negara.
Dalam laporan tersebut, Indonesia berada di peringkat 108, atau tidak berubah dari posisi tahun 2012.
Dijelaskan pihak UNDP dalam siaran pers mereka, Kamis (24/7), revisi atas indikator komponen yang diterapkan telah merubah peringkat IPM negara-negara yang dinilai. Mereka mencontohkan, IPM Indonesia pada 2012 berada di peringkat 121.
Meski begitu, pihak UNDP menjelaskan, dengan melakukan penghitungan ulang menggunakan standar baru atas IPM tahun-tahun sebelumnya, diketahui IPM Indonesia tetap berada di posisi yang sama, yakni 108.
Direktur UNDP Indonesia Beate Trankmann menjelaskan, nilai IPM Indonesia pada 2013 sebesar 0,684. Menurut dia, kenaikan sebesar 0,003 poin dibandingkan tahun 2012 (0,681) belum mampu mendorong kenaikan peringkat IPM Indonesia.
Dalam rilis yang diterbitkan, diketahui terjadi peningkatan sedikit poin pada indikator 'angka harapan hidup dalam kelahiran' (life expectancy at birth), yakni dari 70,6 menjadi 70,8 poin. Selain itu, kenaikan juga terjadi pada indikator 'PNB per capita (GNI per capita)', yaitu dari 8,601 menjadi 8,970 poin.
Sementara itu, dua indikator lainnya, yakni 'angka harapan lama sekolah' (expected years of schooling) dan 'rata-rata lama sekolah' (mean years of schooling) tidak mengalami peningkatan. Nilai untuk kedua indikator tersebut masing-masing sebesar 12,7 dan 7,5 poin.
Berdasarkan laporan tersebut, Direktur UNDP Indonesia Beate Trankmann berpendapat bahwa faktor pendidikan menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.
"Dua hal yang harus ditingkatkan dalam hal pendidikan adalah soal kualitas dan akses. Kita tahu, Indonesia memiliki banyak daerah tertinggal, seperti Papua, juga pulau-pulau terpencil," ujar Beate.