REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde pada Jumat (25/7) melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Ukraina tentang dampak gejolak politik baru-baru ini terhadap program penyelamatan IMF yang baru lahir.
Lagarde berbicara melalui telepon dengan Presiden Petro Poroshenko dan Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk, kata sebuah pernyataan singkat. "Diskusi ini difokuskan pada implikasi perkembangan politik baru-baru ini di Ukraina untuk kebijakan ekonomi, khususnya kemampuan pemerintah untuk melaksanakan program yang sedang didukung oleh Stand-By Arrangement (pengaturan siaga)," kata pernyataan tersebut.
"Direktur pelaksana mendorong pelaksanaan program reformasi otoritas secara kuat, termasuk paket kebijakan baru-baru ini yand diseoakati dengan staf IMF."
Ukraina pada berusaha Jumat untuk menghindari krisis politik setelah guncangan pengunduran diri perdana menteri, ketika pertempuran antara tentara dan pemberontak pro-Rusia di dekat lokasi kecelakaan pesawat Malaysia yang diklain menewaskan lebih dari 12 orang. Pada akhir April, IMF menyetujui bantuan keuangan selama dua tahun sebesar 17,0 miliar dolar AS (12,7 miliar euro) untuk Ukraina. Angsuran pertama dari bantuan, senilai 3,19 miliar dolar AS disalurkan pada awal Mei.
IMF telah memberikan persetujuan awal untuk pencairan bantuan tahap kedua sebesar 1,4 miliar dolar AS, dengan syarat bahwa pemerintah terus mengadopsi reformasi ekonomi yang dituntut oleh program bantuan. Seminggu yang lalu, IMF memperingatkan bahwa pemberontakan pro-Rusia yang melanda wilayah industri penting di Ukraina timur akan menyusutkan ekonomi lebih cepat dari yang ditakutkan.
IMF memproyeksikan ekonomi akan mengalami kontraksi sebesar 6,5 persen, bukan 5,0 persen seperti pada perkiraan awal, karena kekurangan pengumpulan pendapatan di daerah-daerah yang dilanda krisis dan pengeluaran yang lebih tinggi pada pertahanan.