REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menarik semua stafnya dari kedutaan besarnya di Libya Sabtu (26/7) menyusul pecahnya pertempuran di ibu kota Tripoli, kata para pejabat Amerika Serikat.
Kendatipun kedutaan itu tetap beroperasi dengan staf yang terbatas, tim yang masih tinggal diungsikan ke Tunisia untuk menyelamatkan diri hanya beberapa jam setelah pemerintah Libya memperingatkan bahwa negara itu dapat terpecah belah akibat bentrokan antara milisi yang berseteru untuk menguasai bandara Tripoli.
"Karena aksi kekerasan yang antara misi-milisi Libya di daerah dekat Kedubes Libya di Tripoli, kami untuk sementara memindahkan semua personil kami dari Libya," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf dalam satu pernyataan.
"Kami berjanji akan mendukung rakyat Libya dalam saat yang menantang ini, dan kini mempertimbangkan opsi-opsi untuk kembali secara permanen ke Tripoli secepat mungkin situasi keamanan di lapangan membaik."
Harf menambahkan bahwa untuk sementara "staf akan berperasi dari Washngton dan pos-pos lain di kawasan itu."
Departemen luar negeri juga mengeluarkan satu peringatan kunjungan terbaru. Warga Amerika diharuskan berhati-hati dan tidak mengunjungi Libya dan mendesak semua mereka di negara itu untuk "segera pulang."
Bentrokan-bentrokan baru meletus Jumat antara milisi Libya yang berseteru berperang untuk menguasai bandara Tripoli, target 13 hari serangan yang mengganggu hubungan udara ke dunia luar.
"Disesalkan, kami telah melakukan langkah ini karena lokasi kedubes kami sangat dekat dengan pusat pertempuran dan aksi kekeasan antar faski-faksi Libya yang bersenjata," kata Harf.
Ia mengonfirmasikan bahwa staf kedutaan telah "pergi melalui jalan darat" dan dan telah tiba di Tunisia Sabtu pagi dan sedang "bergerak dari sana."