REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Kelompok milisi Islam merebut markas besar pasukan khusus Libya di Kota Benghazi setelah beberapa hari pertempuran, sementara kebakaran besar melanda satu depot bahan bakar minyak dekat bandara ibu kota Tripoli.
Satu aliansi milisi Islam dan kelompok garis keras mengumumkan jatuhnya pangkalan militer utama di kota bagian timur Libya dalam satu pernyataan yang dikonfirmasikan seorang pejabat militer.
Dia mengatakan, kelompok garis keras Ansar al-Sharia, yang masuk daftar hitam sebagai satu organisasi teroris oleh Washington, termasuk di antara kelompok-kelompok itu. Pertempuran seru di Benghazi pekan lalu menewaskan sekitar 60 orang sejak Sabtu, kata para pejabat medis di kota itu.
"Pasukan khusus yang berada dibawah komando Kolonel Wanis Abu Khamada mundur setelah beberapa serangan," kata pejabat militer itu setelah kekalahan terbesar angkatan bersenjata dalam perangnya melawan pasukan milisi yang kuat negara itu.
Pasukan khusus itu adalah salah satu dari unit-unit angkatan bersenjata reguler Libya yang mendukung jenderal pembangkang Libya Khalifa Haftar tetapi tidak berada dibawah komandonya. Haftar memulai serangannya terhadap kelompok-kelompok garis keras Islam di Benghazi, dengan nama " Operasi Martabat", pertengahan Mei.
Di akun Facebook milik Ansar al-Sharia menyiarkan foto-foto belasan senjata dan peti-peti peluru yang mereka klaim telah disita. Sementara itu mantan wakil perdana menteri dan anggota parlemen yang baru dilantik Mustapha Abu Shagur dibebaskan oleh para penculiknya, beberapa jam setelah mereka menangkap dia dari rumahnya di Tripoli, kata keluarganya.
Penculikan itu menandakan kekagalan pihak berwenang untuk mengekang belasan kelompok milisi yang muncul dalam pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan orang kuat Muamar Qaddafi. "Doktor Abu Sugur telah dibebaskan. Ia lelah tetapi kesehatannya baik," kata keponakan laki-lakinya Isam al-Naas kepada AFP. "Ia tidak diperlakukan dengan jelek" oleh para penculiknya, katanya.
Shagur tidak akan berbicara tentang perlakuan terhadapnya atau identitas para penculiknya. Saat kekacauan meningkat dan situasi yang tidak menentu, Prancis, Portugal,Belanda, Kanada dan Bulgaria menjadi negara-negara terakhir memunglangkan para warga mereka atau menutup kedutaan-kedutaan mereka di Tripoli.
Kebakaran di depat bahan bakar minyak dekat bandara internasional Tripoli terjadi Ahad ketika satu roket yang ditembakkan dalam bentrokan senjata antara milisi-milisi yang bermusuhan yang bertempur untuk menguasai bandara internasional Tripoli menghantam satu tangki berisikan lebih dari enam juta liter minyak.
Kebakaran itu kemudian meluas ke tangki tangki minyak lainnya yang terletak dekat itu. Pihak berwenang memperingatkan kebakaran itu akan meluas ke tangki-tangki minyak lainnya, tempat 90 juta liter minyak disimpan, di tengah kekhawatiran kobaran api dapat menyebabkan musibah yang luas.
Libya mengimbau bantuan internasional, tetapi bekas penjajah negara itu Italia dan Yunani mengatakan mereka terikat dalam satu kesatuan untuk menghentikan pertempuran itu. Roma juga membantah satu laporan oleh pihak berwenang Tripoli bahwa mereka siap megirim tujuh pesawat untuk memadamkan kebakaran itu.
Pada Selasa, pemerintah Libya kembali menyerukam gencatan senjata dalam pertempuran untuk menguasai bandara itu yang telah menewaskan 100 orang dan mencederai 400 orang lainnya sejak 13 Juli.
Di Benghazi, Jenderal Sagr al-Jerouchi, kepala operasi udara bagi mantan jenderal pembangkang Haftar, mengatakan tidak segera jelas apakah satu pesawat tempur yang jatuh dalam pertempuran dengan milisi Islam itu kena tembak atau mengalami kerusakan teknis.
Ia mengatakan pilot selamat dengan melompat menggunakan kursi lontar, yang dikonfirmasikan oleh seorang saksi mata yang mengatakan ia melihat satu parasut terbuka sebelum jet itu jatuh dan meledak.