Presiden SBY memberikan keterangan pers terkait pemberitaan dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
Presiden SBY memberikan keterangan pers terkait pemberitaan dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
Presiden SBY (kanan) didampingi Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara (kedua kiri) dan Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Marwanto Harjowiryono (kiri) di Puri Cikeas, Bogor, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
Presiden SBY memberikan keterangan pers terkait pemberitaan dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
Presiden SBY bersiap memberikan keterangan pers terkait dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara dan Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Marwanto Harjowiryono, memberikan keterangan pers terkait pemberitaan yang bersumber dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia yang menyebut nama dirinya dan mantan presiden Megawati Soekarno Putri di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah telah menerima aliran dana dari Australia terkait percetakan 550 juta lembar uang pecahan Rp 100.000 di Australia seperti yang diungkapkan situs WikiLeaks karena keputusan pengawasan, kewenangan untuk cetak itu ada pada Bank Indonesia, bukan pada pemerintah atau presiden.
Advertisement