REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Militan bertopeng telah menyerang warga sipil, polisi dan para pejabat pemerintah pada pekan lalu di wilayah barat dari Xinjiang, Cina. Dalam serangan tersebut menyebabkan hampir 100 orang menjadi korban dan menjadi salah satu insiden kerusuhan terburuk tahun ini di Cina.
Salah satu perwakilan dari Pemerintah Xinjiang mengatakan 59 teroris telah ditembak mati oleh pasukan keamanan di daerah Shache, Xinjiang selatan. Sementara itu, 37 warga sipil meninggal dalam serangan pada 28 Juli 2014.
Pihak berwenang Xinjiang melaporkan hari berikutnya puluhan orang tewas ketika para penyerang yang membawa pisau, menyerang warga di dua kota di wilayah tersebut.
Belum jelas mengapa pemerintah menunggu begitu lama untuk mengumumkan rincian korban jiwa. Insiden ini, membuat keamanan di negara tersebut diperketat bahkan wartawan asing sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi.
"Ini adalah serangan teroris, insiden serius yang memiliki hubungan dengan organisasi teroris domestik dan luar negeri, jaringan yang terencana," kata salah satu perwakilan pemerintah Xinjiang dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Irish Times, Ahad (3/8).
Seperti diketahui, para militan menyerang kantor polisi dan kantor-kantor pemerintah di kota Elixku, sebelum akhirnya pindah ke kota terdekat Huangdi. Para militan tersebut menargetkan para warga sipil dan menghancurkan kendaraan di jalanan.
Militan itu, bahkan juga mendirikan penghalang jalan di sepanjang jalan utama untuk menghentikan kendaraan. Mereka juga menyerang para penumpang dan mengancam orang-orang dengan pisau dan kapak.
"Sejauh ini, polisi berhasil menyita pisau panjang, kapak serta spanduk yang menyerukan jihad," lanjutnya dalam penyataan tersebut.