REPUBLIKA.CO.ID, Kemudian, giliran orang kedua. Ia pun memanjatkan kedua tangannya seraya berkata, “Sesungguhnya aku memiliki sepupu wanita yang amat aku cintai. Aku mencintainya layaknya pria mencintai seorang wanita. Aku memintanya melayaniku, tapi ia menolak. Aku pun mengumpulkan uang seratus dinar dengan susah payah.”
“Setelah terkumpul, kuberikan kepada gadis itu. Namun, setelah aku berada di hadapannya (untuk bermaksiat), gadis itu berkata, ‘Wahai hamba Allah, bertakwalah kepada Allah. Jangan kau buka tutup (renggut keperawananku), kecuali dengan haknya.’
“Mendengarnya, aku segera bangkit meninggalkannya. Ya Allah, kalau Engkau tahu aku melakukannya karena-Mu, karena mengharap wajah-Mu, karena takut siksa-Mu maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini,” ujarnya meminta. Maka, makin terbukalah celah batu tersebut dari mulut gua.
Tibalah giliran pria saleh ketiga. Ia bertawasul dengan perbuatannya yang mendahulukan hak orang lain. Ia berhati-hati mengambil harta orang lain tanpa hak. Suatu hari, ia pernah menyewa seorang buruh dengan upah seharga satu faraq beras atau sekitar 30 kilogram.
Namun, setelah bekerja, si buruh tak mengambil upahnya. Maka pria saleh itu pun mengembangkan harta tersebut hingga ia mampu membeli ternak sapi dari upah yang dijadikan modal tersebut.
Lalu, datanglah si buruh meminta haknya. Namun, upah tersebut sudah berkembang menjadi harta yang lebih banyak. Si majikan justru memberikan seluruh harta yang dikembangkan dari upah tersebut. Padahal, ialah yang mengembangkan harta itu dan hak si buruh hanyalah hak awal seharga satu faraq beras.
“Aku berikan kepada buruh itu semua harta yang aku kembangkan. Jikalau aku mau, tentu tidak aku berikan kepadanya, kecuali upahnya saja. Akhirnya, ia (si buruh) membawa sapi dan penggembalanya, lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena Engkau, karena mengharap wajah-Mu, karena mengharap rahmat-Mu maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa dari batu itu,” pinta si pria ketiga, sang majikan yang murah hati tersebut.
Maka, Allah pun membukakan seluruh bagian batu penutup pintu gua. Mulut gua kini dapat dilalui ketiganya. Para hamba Allah yang saleh itu pun keluar dengan wajah gembira dan penuh syukur.