REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Warga Negara Indonesia (WNI) yang diundang umrah pemerintah Arab Saudi sebanyak 20 orang, diketahui meminta terjemahan Alquran ke berbagai bahasa daerah di tanah air. Permintaan itu terungkap dalam tanya jawab saat mereka mengunjungi Percetakan Alquran Terbesar di Dunia, Madinah.
Guru Besar Universitas Palangka Raya (Unpar) Kalimantan Tengah (Kalteng) itu mengungkapkan alasan pemintaan terjemahan Al Qur'an ke berbagai bahasa daerah, yaitu karena di Indonesia banyak sekali suku bangsa. "Pasalnya dari sejumlah suku bangsa tersebut, mungkin banyak pula yang membaca Alquran, tapi belum tahu apa makna yang terkandung dalam kitab suci umat Islam tersebut," ungkapnya.
Ketika tanya jawab tersebut, salah satu direktur percetakan Alquran itu juga menjelaskan beserta alat peraganya dalam penulisan kitab suci umat Islam tersebut, sejak zaman Khalifah Usman bin Affan yang mengumpulkan tulisan karena penghafalnya satu persatu meninggal dunia.
Oleh karena itu, lanjutnya, tulisan Alquran tersebut dikumpulkan pada daun lontar, tulang-tulang dan berbagai sumber lain, ungkapnya mengutip penjelasan direktur percetakan Alquran terbesar di dunia itu. Dari penjelasan saat itu, lanjutnya, diperagakan pula penulisan Alquran dari huruf gundul dengan Khat, sudah dikoreksi oleh sembilan ahlinya dari tiga tenaga tenaga ahli penulisnya.
Kesembilan orang yang mengoreksi itu, apakah sudah betul-betul cocok ataukah ada goresan-goresan yang tidak sesuai. Kemudian tim yang mencocokan dengan bahasa, artinya dan sebagainya. "Oleh sebab itu pula, selembar Alquran bisa terbit harus melalui 90 orang tim satu sama lain yang bertugas mengoreksi," ungkap mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) tersebut.