Kamis 21 Aug 2014 19:45 WIB

PLN Teken Perjanjian Jual Beli Listrik PLTA Rajamandala

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Dirut PLN Nur Pamudji
Foto: Republika/Wihdan
Dirut PLN Nur Pamudji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) dan PT Rajamandala Electric Power (PT REP) sebagai pengembang proyek IPP PLTA Rajamandala, telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik (PPA) yang mempersyaratkan Penutupan Pembiayaan untuk mendanai pembangunan Proyek PLTA Rajamandala (1x47) MW.

Penandatanganan dilakukan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2014. Penutupan pembiayaan yang ditandai penarikan pinjaman yang pertama (first drawdown) telah berhasil dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2014.Pembiayaan proyek dilakukan dengan skema International Project Financing, melalui sindikasi JBIC/Japanese Bank for

International Cooperation dan Mizuho Bank Tokyo (Lender) dengan masa pinjaman yang panjang, yakni 19 tahun. Pinjaman pembiayaan proyek Rajamandala ini dilaksanakan tanpa adanya Jaminan Kelayakan Usaha (JKU) dari Pemerintah Indonesia.

Sebagai pengganti JKU dari Pemerintah, REP menggunakan jaminan yang diterbitkan oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), salah satu badan milik World Bank yang berpusat di Washington DC, untuk memberikan fasilitas asuransi investasi bagi pendanaan proyek PLTA Rajamandala.

“Penggunaan skema pembiayaan yang tanpa JKU dari Pemerintah Indonesia merupakan kemajuan yang sangat berarti bagi pembangunan pembangkit di Indonesia. Dengan digunakannya skema ini, berarti ada perbaikan tingkat kepercayaan lender terhadap bisnis

ketenagalistrikan di Indonesia dari semula memerlukan keterlibatan Pemerintah secara langsung menjadi tanpa keterlibatan

Pemerintah secara langsung dan untuk ke depan diharapkan cara ini dapat digunakan untuk proyek kelistrikan lainnya, sehingga pembangunan kelistrikan dapat berjalan lebih cepat lagi,” papar Nur Pamudji, Dirut PT PLN (Persero) usai melakukan penandatanganan, Kamis (21/8).

Pembangunan PLTA Rajamandala akan menelan biaya sekitar 150 juta dolar AS dimana Lender membiayai 75 persen dan sisanya dipenuhi dari ekuitas pemegang saham, yaitu Putra Indotenaga 51 persen dan KPIC Nederland 49 persen. Masa konstruksi PLTA Rajamandala diperkirakan selama 33 bulan yang dilaksanakan dengan pola full turnkey dan dijadwalkan akan mulai beroperasi secara komersial pada Mei 2017.

“Untuk tahap awal, skema ini masih digunakan untuk proyek dengan skala 200 juta dolar AS, namun ke depan tidak menutup kemungkinan akan digunakan juga pada proyek dengan skala yang lebih besar lagi.” ujar Nur.

PLTA Rajamandala akan dibangun di sungai Citarum, desa Cihea Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur dan akan menghasilkan energi listrik rata-rata sebesar 181 Giga Watt hour (GWh) per tahun atau setara dengan produksi listrik yang dihasilkan oleh 70 juta liter BBM.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement