REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti PolGov Research Centre Universitas Gadjah Mada (UGM) Ignasius Jaques Juru berpendapat, kesejahteraan umat akan menjadi fokus kebijakan Ma'ruf Amin saat menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024. Kiai Maruf juga diyakini akan berperan sebagai pemersatu kekuatan Islam.
"Sejauh ini yang kita lihat dia (Ma''ruf Amin) akan fokus pada wacana tentang kesejahteraan umat, " kata Ignasius saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Rabu (3/7). Secara jejak politik, Ignasius mengatakan Ma''ruf Amin sudah sangat berpengalaman. Dapat dilihat dari pengalamannya sebagai Ketua Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1966-1970, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tahun 2007-2014, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2015-2019.
Maka menurut peneliti UGM itu, dari segi politik mantan ketua NU itu akan memerankan peran simpul atau pemersatu antara berbagai kekuatan Islam. "Dia akan memerankan peran simpul antara kekuatan Islam yang hari ini Islam tidak tunggal di Indonesia, " jelasnya.
Sedangkan dari segi profesionalitas, Ignasius menilai pendamping Presiden Joko Widodo itu akan banyak bergelut di dunia perbankan syariah.
"Saya pikir akan fokus pada Islam dan ekonomi," kata dia.
Sementara itu, pengamat politik Adi Prayitno mengatakan Ma'ruf Amin diharapkan membangun sumber daya manusia (SDM) khususnya di kalangan pesantren, sesuai dengan fokus periode kedua Jokowi yang salah satunya terkait pembangunan kualitas SDM.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu mengatakan publik juga mengharapkan Kiai Ma'ruf dapat mengimbangi kinerja Jokowi untuk merealisasikan janji politiknya.
"Sebagai ulama dan kiai, segmentasi yang paling mungkin bisa disasar adalah SDM berbasis kelompok pesantren. Apalagi Ma'ruf memiliki daya jangkau dan akses luas terhadap pesantren seluruh Indonesia," tutur pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.