REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA-- Mantan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, resmi menjadi presiden terpilih Turki ke 12, dan yang pertama dipilih secara langsung. Erdogan mengatakan, akan memulai bab baru bagi Turki.
"Kami meninggalkan Turki yang lama dengan reformasi kami, kelompok-kelompok Turki, tidak stabil dan penuh keraguan. Ini kemenangan mutlak reformasi kami," kata Erdogan, saat mengambil alih kepresidenan dari Abdullah Gul, Kamis (29/8), dalam sebuah upacara resmi.
Kantor berita negara Turki, Anadolu Agency, melaporkan Erdogan mengatakan akan fokus pada target 2023. Menurutnya pemerintahan baru di bawah kepemimpinannya akan mewujudkan pembangunan ekonomi yang lebih cepat dan sehat.
Sejumlah pemimpin negara, pemerintahan dan parlemen turut hadir dalam pelantikannya Kamis lalu. Reformasi demokrasi menurutnya akan terus berlangsung. Pernyataannya mengacu pada upaya pemerintah, mengakhiri konflik 30 tahun dengan Partai Buruh Kurdistan (PKK) di tenggara Turki.
Selama ini konflik dengan PKK telah merenggut 40 ribu jiwa. Erdogan menambahkan, Turki adalah pendukung perdamaian dan kemakmuran di seluruh dunia terutama di Timur Tengah. Ini berkat kebijakan luar negeri yang berorientasi pada manusia.
"Kami menyuarakan perlawanan atas pembantaian di Gaza. Kami membuka pintu kami bagi 1,2 juta warga Suriah yang mengungsi, karena mereka manusia," ungkap Erdogan.
Erdogan juga memuji jasa Gul selama 7 tahun kepemimpinannya. Gul pun menyampaikan pidatonya pada upacara pelantikan Erdogan. "Saya yakin Turki akan semakin maju di bawah kepemimpinan Erdogan," ujar Gul.
"Sebagai presiden aku bersumpah demi kebanggaan dan kehormatan, akan melindungi negara, kemerdekaan dan kesatuan bangsa tak terpisahkan, dan saya akan mematuhi konstitusi, aturan hukum, demokrasi serta prinsip republik sekuler," ujar Erdogan seperti dikutip dari The Associated Press, Jumat (29/8).
Setelah pelantikan, Erdogan menuju ke makam pendiri bangsa, Mustafa Kemal Ataturk. Ia menulis di buku tamu, 'hari ini, hari pertama presiden yang dipilih rakyat bekerja, hari Turki lahir dari abunya."