REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Wahid Maktub menyatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ibarat minum jamu, pahit tapi sehat.
"Kenaikan harga BBM ibarat minum jamu, rasanya pahit tapi menyehatkan. Anggaran APBN tidak mampu lagi menyubsidi harga BBM," tutur Maktub saat dihubungi ROL, Sabtu (30/8) siang.
Jika harga BBM dinaikkan, lanjut Maktub, anggarannya dapat dialihkan ke hal yang lebih produktif untuk masyarakat. Seperti pendidikan, kesehatan dan usaha kecil dan menengah (ukm).
Menurut Maktub, polemik kenaikan harga BBM harus diselesaikan melalui jalur konstitusional. Jadi, masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya kepada partai politik yang mereka pilih.
"Partai pun harus membahas dan mendiskusikan berbagai kritik dan usulan yang diberikan masyarakat. Termasuk masalah kenaikan harga BBM," ungkap Maktub.
Menurutnya, jika partai tidak mendiskusikan dan membahas berbagai usul, saran dan kritik dari masyarakat, maka akan timbul anarkisme atau kekacauan politik.
"Itu sebabnya PKB akan membahas dan mendiskusikan masalah kenaikan BBM dalam muktamar pada Sabtu (30/8) dan Ahad (31/8) ini," jelas Maktub.