REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Moskow tengah mempertimbangkan kebijakan untuk memutus koneksi internet untuk warga dalam situasi darurat seperti pada masa perang atau demonstrasi besar-besaran, demikian berita dari harian Vedomosti pada Jumat.
Sosial media dan situs berita internet adalah salah satu dari sedikit saluran yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan Rusia karena media besar masih dikontrol oleh Kremlin.
Menurut Vedomosti, Presiden Vladimir Putin pada Senin depan akan bertemu dengan Dewan Keamanan untuk mendiskusikan pembatasan akses internet.
Mengutip sejumlah penyedia layanan komunikasi, perusahaan internet, dan organisasi sipil, koran bisnis itu menulis bahwa pertemuan Putin dengan Dewan Keamanan akan membahas "kebijakan internet pada situasi darurat."
Pemerintah berencana untuk mengeluarkan peraturan yang "memperkuat kedaulatan Rusia terhadap World Wide Web" yang didalamnya memberi kekuasaan kepada presiden untuk memutus koneksi internet bagi warga Rusia dalam situasi khusus seperti demonstrasi besar-besaran dan peperangan, demikian tulis Vedomosti.
Pemerintah berencana untuk memberlakukan aturan itu pada awal tahun depan, demikian Vedomosti memberitakan.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskoc dan kementerian komunikasi menolak berkomentar mengenai hal tersebut.
Meskipun demikian, sejumlah pakar mengatakan bahwa Rusia akan menghadapi kesulitan teknis karena negara tersebut sangat terintegrasi dengan jaringan internet global.
Jika aturan tersebut benar-benar diberlakukan, Rusia akan bergabung dengan Tiongkok sebagai salah satu negara yang paling aktif membatasi informasi yang sensitif.
Meskipun Putin sangat populer di kalangan penduduk Rusia setelah mengambil alih Crimea dari Ukraina pada Maret lalu, Putin dinilai tidak kebal terhadap sejumlah kemungkinan aksi masa yang besar melawan dirinya.
Perekonomian Rusia terancam jatuh ke dalam resesi setelah negara-negara Barat menerapkan sejumlah sanksi terhadap sektor pertahanan dan energi akibat keterlibatan Kremlin dalam krisis Ukraina.
Sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa itu merupakan sanksi terberat yang harus dihadapi Rusia sejak masa Perang Dingin.
Seorang pegawai dari perusahaan penyedia layanan komunikasi mengatakan kepada Vedomosti bahwa Moskow tidak akan memutus sepenuhnya koneksi internet bagi warga Rusia. Alih-alih, Putin hanya ingin melindungi negaranya dari sanksi Barat yang berdampak terhadap internet.