REPUBLIKA.COID, MELBOURNE -- Puluhan ribu demonstran di beberapa kota besar di Australia turun ke jalan demi menuntut tindakan nyata menghadapi perubahan iklim. Aksi ini merupakan bagian dari aksi global menyambut konferensi iklim yang dijadwalkan berlangsung Selasa (23/9) mendatang di Amerika Serikat.
Di Kota Melbourne, lebih dari 10 ribu pengunjuk rasa membanjiri pusat kota mulai sekitar jam 11 pagi. Mereka berbaris hingga ke gedung parlemen negara bagian, kemudian berkumpul di taman Treasury Gardens, tak jauh dari gedung tersebut.
Unjuk rasa berlangsung damai dan meriah. Banyak yang mengenakan kostum dan membawa papan bertuliskan kritikan pedas namun menggelitik. Selain berbaris dan pidato, ada juga kegiatan menari dan bermain musik.
Melbourne tak sendiri dalam aksi ini. Di kota Brisbane, misalnya, sekitar 1.500 demonstran mengadakan aksi serupa.
Di Melbourne, isu-isu yang diangkat demonstran antara lain penggunaan energi ramah lingkungan, pelestarian satwa dan pengurangan pemakaian plastik.
Pemimpin Partai Hijau Australia, Christine Milne, dalam pidatonya, mengingatkan agar para demonstran memperhatikan nasib mereka yang tinggal di daerah-daerah yang amat terpapar perubahan iklim, seperti Kiribati dan Tuvalu di Pasifik.
Mark Butler, juru bicara partai Buruh, menyatakan bahwa Abbott harus memasukkan perubahan iklim dalam agenda pertemuan finansial G-20, yang tengah berlangsung di Kota Cairns, Queensland.
Konferensi PBB hari Selasa di kota New York dijadwalkan akan dihadiri lebih dari 100 pemimpin dunia, namun perdana Menteri Australia Tony Abbott tak akan hadir.
Kota-kota lain di dunia, termasuk Jakarta, pun diwarnai demonstrasi, termasuk New York tentunya.
Para penggerak aksi di kota tersebut memperkirakan 310 ribu orang menghadiri aksi, termasuk sekertaris Jendral PBB Ban Ki-moon, menteri bidang ekologi Prancis Segolene Royal dan aktor Leonardo DiCaprio.
"Inilah planet tempat tinggal generasi kita selanjutnya," ucap Moon ke wartawan, "Tak ada rencana B, karena kita tak punya planet B."
Beberapa hari sebelumnya, Lembaga Administrasi Samudera dan Atmosfir Amerika Serikat melaporkan bahwa bulan Agustus tercatat sebagai yang terhangat dalam sejarah. Suhunya lebih tinggi sebesar 0,75 derajat Celcius di atas rata-rata global di abad ke 20, yaitu 15, 6 derajat.
Wali Kota New York, Bill de Blasio, menurut laporan Reuters telah mengumumkan rencana baru pengurangan emisi gas rumah kaca di kotanya sebesar 80 persen dari tingkat yang tercatat tahun 2005. Diharapkan, target itu bisa tercapai tahun 2050.