Rabu 24 Sep 2014 20:04 WIB

Inggris Gabung AS Gempur IS di Irak dari Udara

Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Foto: REUTERS/Chris Radburn/ca
Perdana Menteri Inggris David Cameron.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron akan mengumumkan pada pekan ini bahwa Inggris siap bergabung dengan serangan udara terhadap kelompok bersenjata Negara Islam (IS) di Irak, menurut sumber di pemerintahan, Selasa (23/9).

Namun ia menambahkan bahwa keputusan itu masih membutuhkan persetujuan parlemen.

Cameron dijadwalkan menegaskan posisi Inggris dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu malam. Pada pidatonya itu ia akan menyeru seluruh dunia bersatu melawan militan IS yang dikhawatirkannya juga berencana menyerang Inggris.

Keputusan untuk menyerang Irak akan dilakukan berdasarkan permintaan Baghdad. Cameron dijadwalkan untuk bertemu dengan PM Irak Haider Al-Abadi, Rabu (24/9), dan sumber di kantor Cameron memperkirakan dia akan meminta serangan udara Inggris pada IS dalam pertemuan itu.

Menurut seorang sumber yang memahami permasalahan itu, Cameron belum memutuskan keterlibatan Inggris dalam serangan melawan IS di Suriah karena terbentur masalah hukum.

Sumber itu melanjutkan, setiap pengumuman terkait Irak akan berupa informasi untuk ikut bergabung dalam serangan udara dan bukan aksi segera.

Cameron menilai bahwa perang melawan IS tidak bisa dihindari. "Orang-orang ini ingin membunuh kami. Mereka menjadikan kami sasaran dan karena itu kami harus membentuk koalisi untuk menghancurkan organisasi jahat ini," kata Cameron kepada NBC News, Selasa (23/9).

Sebelumnya, kantor PM Inggris itu menyampaikan bahwa Cameron mendukung serangan AS dan sekutunya ke target-target IS di Suriah. Dia juga mendukung serangan serupa yang dilakukan AS di Irak.

"PM Cameron akan mengadakan dialog di Markas Besar PBB di New York pada dua hari ke depan untuk menjelaskan apa yang bisa Inggris dan negara lain lakukan untuk berkontribusi dalam upaya internasional untuk menangkal IS," menurut pernyataan kantornya.

Pernyataan itu menyampaikan bahwa Inggris telah menawarkan bantuan militer signifikan, termasuk memasok senjata ke suku Kurdi serta operasi pengawasan oleh skuadron Tornado dan pesawat RAF lainnya.

Sepuluh tahun yang lalu, Inggris secara cepat bergabung dengan militer AS untuk berperang di Irak dan Afghanistan. Tetapi setahun yang lalu masyarakat dan parlemen Inggris menolak untuk ikut dalam serangan ke Suriah yang membuat Cameron lebih hati-hati mengambil keputusan.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement