REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah ke angka Rp 12.007 per dolar AS. Padahal selama seminggu terakhir rupiah tercatat di kisaran Rp 11.800-11.900 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen eksternal, terutama di AS. Indikator ekonomi AS memperlihatkan perkembangan positif. "Ini memang di fundamentalnya kondisi eksternalnya. Dampak indikasi penguatan AS masih kuat," ujar Doddy di Gedung BI, Jumat (26/9).
Pelemahan nilai tukar disebabkan pada penyesuaian portofolio investasi di kalangan investor. Para investor melihat AS akan meningkatkan suku bunga sehingga return investasi di AS lebih menarik. The Fed pun telah memproyeksikan bahwa Fed Fund Rate akan mencapai 1,125 persen pada Juni dan 1,375 persen pada akhir tahun depan. Sedangkan pada akhir 2017, suku bunga AS akan berada pada 3,75 persen.
Proyeksi kenaikan suku bunga the Fed juga berdampak positif pada Indonesia. Kenaikan bunga berarti ekonomi AS akan membaik. Doddy mengatakan, perbaikan ekonomi AS akan berdampak pada perbaikan ekspor Indonesia.
"Kita akan kena secondary impact dari perubahan mereka itu, tentu akan berdampak baik bagi ekspor kita," ujarnya. Pelemahan rupiah tahun ini dianggap bagian dari siklus. BI meyakini bahwa rupiah tahun depan akan membaik.