Selasa 07 Oct 2014 05:41 WIB

Kamratan, Tradisi Silaturahim Muslim Bali Saat Idul Adha (2-Habis)

Rep: Ahmad Baaras/ Red: Agung Sasongko
Muslim Bali
Foto: Antara
Muslim Bali

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR --  Kegiatan kamratan, bukan silaturahim biasa. Karena setiap kali berada di rumah yang dikunjungi, diisi dengan kegiatan membaca tahlil secara singkat, kemudian diikuti dengan membaca do'a bagi keselamatan tuan rumah dan keluarganya, serta seluruh warga masyarakat.

Hal lainnya, dalam kamratan, setiap tuan rumah selalu menyediakan menu sarapan dengan makanan khas, yakni lontong sayur dan nasi plecing ayam khas Loloan. Jembrana. Tentu ada juga sejumlah jenis kue basah dan kue kering.

Menurut tokoh dan sesepuh warga muslim Desa Baluk, H Husni, tuan rumah yang dikunjungi dalam acara kamratan, sengaja menyediakan makanan untuk yang datang. Karena katanya, mereka ingin bersodaqoh dan ingin merayakan lebaran dengan menghidangkan makanan bagi warga.

"Iya kita semuanya ingin bergembira dan menggebirakan warga lainnya saat lebaran," kata Husni.

Selain di Desa Baluk, kegiatan kamratan juga dilakukan sejumlah masyarakat Muslim pada desa lainnya di Jembrana. Namun kegiatannya hanya dilaksanakan pada saat lebaran Syawal atau hari raya Idul Fitri.

Di Baluk, kata Saibur, kamratan dilakukan saat Lebaran Syawal maupun Idul Adha, sehingga waktu penyembelihan hewan kurban ditunda sampai sehabis dzuhur, untuk memberi kesempatan masyarakat bersilaturrahmi dengan orang tua, keluarga dan teman-temannya.

Tentang makanan yang disuguhkan di setiap rumah, memang setiap warga punya strategi sendiri-sendiri. Karena mereka tidak mungkin setiap kali mengunjungi setiap tokoh, harus menyantap nasi atau lontong sayur yang disediakan.

Mereka umumnya sudah saling tahu menu khas dan rasa masakan yang disediakan di setiap rumah, sehingga mereka memilih makan di rumah yang cita rasa masakannya sesui dengan selera lidah.

"Tapi kalau mau mencoba masakan di setiap rumah juga tidak apa-apa. Asal perut bisa menampung," kata Saiburrahman.

Dalam setiap kamratan, tidak semua warga dikunjungi, tetapi panitia menjadwalnya, sesuai dengan informasi yang sebelunya sudah disampaikan oleh tuan rumah. Tapi kalau warga yang minta dikunjungi jumlahnya kebanyakan, takmir masjid akan mengatur acara kunjungan pada keesokan harinya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement