Rabu 08 Oct 2014 15:24 WIB

Soal Kobane, AS dan Turki Terus Berpolemik

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Julkifli Marbun
Pasukan ISIS
Foto: VOA
Pasukan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Koalisi Amerika Serikat masih melakukan serangan udaranya terhadap ISIS. Jet tempur AS ini menyerang pergerakan ISIS di kota Kobane di perbatasan Turki-Suriah. 

Militer Kurdi Suriah mengatakan serangan udara tersebut merupakan serangan yang paling efektif. Sedangkan menurut koresponden BBC, serangan udara AS ini dapat menghentikan kepungan ISIS. Meskipun begitu, pertempuran di sekitar Kobane masih berlangsung.

Pemimpin Partai Kurdi Suriah, Salih Muslim, mengatakan situasi yang terjadi semalam masih memanas. Pasukan Kurdi YPG mendapatkan tekanan penuh dalam serangan ini.

Menurut kelompok pengamat, setidaknya 400 orang tercatat telah tewas dalam tiga pekan pertempuran di Kobane. Sekitar 160 ribu warga Suriah pun telah mengungsi ke perbatasan Turki.

Militer Suriah pun membenarkan dilancarkannya lima serangan udara di sekitar Kobane yang dilakukan pada Senin dan Selasa. Namun ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

Militer AS mengatakan serangan udara ini telah menghancurkan empat kendaraan bersenjata ISIS dan sebuah unit ISIS, serta merusak satu tank ISIS dan satu kendaraan lapis baja. Serangan ini dilakukan setelah pemerintah Obama dilaporkan tengah frustasi menghadapi Turki yang belum melakukan tindakan militer.

"Ada kekhawatiran Turki tak bertindak mencegah pembunuhan di wilayah yang berjarak kurang dari satu mil dari perbatasannya," kata pejabat senior pemerintahan. "Setelah mencegah bencana kemanusiaan Suriah, mereka membuat alasan tak melakukan tindakan militer guna menghindari bencana lainnya," tambahnya.

"Ini bukanlah cara sekutu NATO bertindak, sementara insiden tengah terjadi dari perbatasan mereka," jelasnya. Menteri Luar Negeri AS John Kerry pun dilaporkan telah menghubungi perdana menteri Turki berkali-kali serta menteri luar negerinya untuk menyelesaikan masalah perbatasan.

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan serangan udara tak cukup untuk mengalahkan ISIS. "Kami telah memperingatkan negara Barat. Kami ingin tiga hal: tak ada zona penerbangan, zona aman yang sesuai dengan hal tersebut, dan pelatihan pemberontak moderat Suriah," katanya.

Menurutnya, teror kelompok ekstrimis ini tidak akan berhenti. "Kecuali kita bekerja sama melakukan serangan darat," jelasnya. Dalam perkembangan lainnya di Turki, setidaknya 12 orang telah tewas dalam sebuah protes yang dilakukan oleh warga Kurdi di Turki.

Mereka memprotes kurangnya dukungan militer Turki terhadap serangan ISIS. Aparat kepolisian mengunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa demonstran. Ratusan demonstran lainnya juga melakukan aksi serupa di Berlin dan berbagai kota lainnya di Jerman.

Di New York, wakil khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengatakan warga Kurdi Suriah membela Kobane dengan penuh keberanian dan komunitas internasional harus mengambil tindakan konkret untuk mendukung mereka. Meskipun begitu, ia tidak mengatakan apakah serangan darat seharusnya dilakukan dalam pertempuran ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement