REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Kapolri Jendral Pol Sutarman melantik Irjen Pol Iza Fadri sebagai Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Kapolda Sumsel) pada Kamis (9/10). Irjen Pol Iza Fadri dilantik untuk menggantikan Irjen Pol Saud Usman Nasution yang diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Irjen Pol Iza Fadri yang sebelumnya menjabat Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)-PTIK, Jumat (10/10) tiba di markas Polda Sumsel di Jalan Jendral Sudirman. Kapolda Irjen Pol Iza Fadri yang lahir di Padang, Sumatera Barat pada 31 Agustus 1962 di halaman Mapolda disambut para perwira dengan ucapan selamat datang.
Sebagai perwira tinggi polri berbintang dua Irjen Pol Iza Fadri yang bertugas di STIK – PTIK juga menyandang gelar profesor sebagai guru besar hukum pidana pada Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian - PTIK yang dikukuhkan pada 29 Mei 2013 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 31862/A 4.3/KP/2013 tanggal 11 Maret 2013.
Iza Fadri saat ini merupakan satu-satunya perwira tinggi Polri bergelar profesor. Kehadiran Irjen Pol Iza Fadri sebagai Kapolda Sumsel yang baru disambut dengan harapan oleh aktivis Independenth Police Watch (IPW) Sumsel Shofuan Yusfiansyah.
"Kita harapkan Kapolda Sumsel yang baru bisa mempersiapkan program masa kerja 100 hari pertama agar terlihat nyata gebrakannya. Saat ini di Sumsel banyak persoalan hukum yang harus segera diselesaikan," katanya.
Menurut mantan aktivis LBH Palembang, kepada Kapolda Sumsel yang baru Irjen Pol Iza Fadri ada empat poin penting yang perlu penanganan segera.
"Pertama masalah peredaran narkoba yang semakin menggila di Sumsel. Kedua, kasus korupsi yang banyak terjadi di instansi pemerintahan. Ketiga, kejahatan migas dan sumberdaya alam yang masih terus terjadi, dan keempat, masih tingginya tindak kriminal di Sumsel," ujar Shofuan Yusfiansyah.
Pendapat yang sama juga disampaikan guru besar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Amzulian Rifai.
"Persoalan narkoba harus jadi perhatian Kapolda yang baru. Cukup banyak anggota Polri yang terindikasi memakai narkoba di Sumsel. Seperti pada masa Kapolda Sumsel dijabat Irjen Pol Iskandar Hasan waktu itu ada sekitar 400 anggota Polri yang menjalani pendidikan secara khusus karena terlibat narkoba," jelasnya.
Amzulian Rifai yang juga Dekan Fakultas Hukum Unsri mengingatkan, tindak kriminal yang cukup tinggi di Sumsel juga harus menjadi perhatian. "Ada empat macam kejahatan konvensional yang tinggi di Sumsel, yaitu curat atau pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pembunuhan dan pemerkosaan," ujarnya.