Jumat 17 Oct 2014 09:11 WIB

Tiga Pekan Duduki Jalanan, Polisi Hong Kong Usir Demonstran

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Indira Rezkisari
Polisi Hong Kong merubuhkan tenda pengunjuk rasa, Jumat subuh (17/10).
Foto: Reuters
Polisi Hong Kong merubuhkan tenda pengunjuk rasa, Jumat subuh (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ratusan polisi Hong Kong membersihkan lokasi protes mahasiswa di Mong Kok, Jumat subuh (18/10). Mereka membersihkan barikade dari jalan dan mengusir demonstran dari lokasi tersebut.

Pembersihan itu dilakukan saat sebagian besar demonstran masih tidur dalam tenda. Polisi melakukannya tanpa menggunakan kekerasan.

"Saya sangat marah. Pemerintah mengatakan akan berbicara dengan mahasiswa, tapi polisi datang dan membersihkan markas kami," ujar salah satu pengunjuk rasa Cony Cheung (21 tahun), Jumat.

Kepala polisi yang bertanggung jawab dalam pembersihan itu Barry Smith mengatakan polisi tidak melakukan penahanan. Dia menggambarkan operasi itu berjalan damai. Dia menambahkan sekitar 800 personel diterjunkan.

"Mereka telah menduduki wilayah ini selama hampir tiga pekan sehingga kami memutuskan ini waktunya untuk memberi hak-hak masyarakat, mendapatkan jalan kembali dan memberi akses bagi pejalan kaki," kata Smith, kepada Reuters

Sejumlah demonstran menggunakan kereta dorong kecil untuk membawa air, alas tidur dan obat-obatan selagi menunggu kendaraan yang akan membawa mereka ke lokasi protes yang lain. Sementara polisi menaikkan barikade logam dan barang-barang pengunjuk rasa ke truk kecil.

Aktivis dan pembawa acara radio Wong Yeung-tat termasuk di antara demonstran yang diusir polisi. Dia mengatakan polisi sebelumnya hanya memberi peringatan pendek melalui pengeras suara sebelum  bergerak dengan pentungan dan tameng. Menurut dia, tindakan pembersihan itu hanya akan menimbulkan gelombang protes warga yang lebih besar.

Pemimpin Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying pada Kamis mengatakan akan berbicara dengan organisasi mahasiswa pekan depan. Dia juga mengatakan polisi akan membersihkan lokasi protes pada saat yang tepat.

Mahasiswa menuntut pemerintah memberi hak pilih penuh pada pemilihan umum 2017. Mereka juga menuntut Leung mundur dari batannya.

Leung mengatakan tidak mungkin Cina akan memenuhi tuntutan mahasiswa. Dia juga menolak mundur.

Kepala Sekretaris Carrie Lam membatalkan pembicaraan dengan mahasiswa awal bulan ini. Dia mengatakan tidak mungkin pemerintah dan mahasiswa melakukan pembicaraan yang membangun dan sulit mencapai kata sepakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement