REPUBLIKA.CO.ID, Ramallah -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan ingin mempertahankan dialog dengan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS). Tujuannya agar bisa mengakhiri pertikaian di dalam tubuh Palestina.
Penegasan Abbas itu dikeluarkan saat peresmian Dewan Revolusioner Partai Fatah. "Dialog kami dengan HAMAS akan berlanjut sampai perujukan penuh dicapai," kata dia, Sabtu (19/10).
Ia menambahkan, dikutip dari Xinhua, kesepakatan terakhir dengan HAMAS dilandasi atas dua masalah utama, yaitu pembentukan pemerintah persatuan dan penyelenggaraan pemilihan umum. Ia merujuk kepada pembentukan pemerintah konsensus yang diambil sumpahnya pada Juni.
Sementara itu, Abbas mengatakan Jerusalem Timur adalah prioritas utama pemimpin Palestina. Karena saat ini Kota Suci tersebut menghadapi serangan pemukim Yahudi untuk memecah kota itu dan mengosongkannya.
Ketika berbicara mengenai tindakan untuk pergi ke Dewan Keamanan PBB bagi diakhirinya pendudukan Israel mendirikan satu negara, Abbas mengatakan, "Kami pergi untuk memperoleh resolusi yang memberi kami hak untuk mendirikan negara kami di perbatasan 1967."
Dalam kesempatan lain, Komite Sentral Faksi Fatah menyeru pemerintah Inggris agar mengakui Negara Palestina Merdeka. Palestina yang didirikan di wilayah yang diduduki Israel pada 1967.
Nabil Abu Rudeinah, Juru Bicara Komite tersebut, mengatakan di dalam satu siaran pers bahwa Palestina sangat menghargai pendirian Swedia dan keputusan Parlemen Inggris. Khususnya untuk mengakui Negara Palestina pada masa depan.