REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi antihuru-hara Hong Kong kembali bentrok dengan ribuan demonstran prodemokrasi, Ahad pagi (19/10). Sebanyak 28 ribu personel polisi berusaha mengatasi gerakan protes yang dimotori mahasiswa.
Gerakan //Occupy Central// atau Pendudukan Central telah berlangsung selama tiga pekan. Ratusan ribu orang berpartisipasi dalam aksi protes menuntut demokrasi penuh bagi Hong Kong.
Di wilayah padat penduduk Mong Kok, polisi berhasil mengusir demonstran dari perempatan jalan raya yang ramai, namun menghadapi perlawanan keras. Menjelang ahad pagi, pengunjuk rasa tiba-tiba mempersiapkan diri dengan mengenakan helm dan kacamata. Massa lantas membangun barikade.
Polisi menggunakan semprotan merica dan pentungan mencoba memukul mundur demonstran. Demonstran menggunakan payung sebagai tameng untuk melindungi diri dari semprotan merica. Sejumlah pendemo tampak jatuh dan puluhan lainnya dibawa polisi.
Pemerintah mengatakan sekitar 9.000 orang berkumpul di lokasi tersebut. Massa berulang kali mencoba merebut kembali jalan dari polisi. Otoritas mengatakan polisi menahan 26 orang.
Terlihat darah mengucur dari dahi seorang pengunjuk rasa. Dia lantas dibawa ke mobil polisi.
"Polisi kehilangan kendali, mereka memukuli pendemo seperti memukuli binatang. Kami marah karena mahasiswa adalah masa depan kami," ujar Tommy Lee (45 tahun), pekerja teknologi yang marah karena menyaksikan polisi memborgol empat siswa sekolah menengah yang ikut berdemo.
Polisi juga menahan jurnalis foto Getty yang berbasis di Bangkok Paula Bronstein. Dia diseret polisi untuk berdiri di atas kap sebuah mobil mewah di tengah huru-hara.
Polisi senior di lokasi Paul Renouf mengatakan 400-500 petugas diterjunkan untuk memukul mundur pengunjuk rasa sekitar 20 meter dari posisi semula di dekat perempatan jalan utama.
Kekacauan itu terjadi beberapa jam setelah polisi memebersihakan tenda, kanopi dan barikade di Mong Kok. Operasi polisi yang dilakukan menjelang pagi itu merupakan yang ketiga kalinya. Padahal pekan ini pemerintah mengatakan akan menggelar pembicaraan dengan mahasiswa.