Rabu 22 Oct 2014 14:42 WIB

Korut Bebaskan Misionaris AS

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Korut/ilustrasi
Foto: mega-flags.com
Bendera Korut/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga negara Amerika Serikat yang ditahan Korea Utara Jeffrey E Fowle (56 tahun) telah dibebaskan. Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Selasa (21/10), dia kini dalam perjalanan pulang.

Sebuah pesawat pemerintah AS menjemput Fowle sebelum terbang ke pangkalan militer AS di Guam.  Otoritas menolak mengatakan kapan dia tiba di rumahnya di Miamisburg di utara Cincinnati. Pemeriksaan kesehatan menyatakan dia dalam kondisi sehat.

Fowle ditahan Korut pada Mei karena meninggalkan Injil bagi pelaut asing di sebuah klub di hotel. Korut mengumumkan penahanannya pada Juni. Korut mengatakan Fowle telah melanggar hukum dengan bertindak tidak sesuai dengan tujuan wisata.

Meski Korut mempunyai sejumlah gereja yang dikendalikan pemerintah, negara komunis tersebut melarang kegiatan keagamaan independen. Korut memandang kegiatan itu ancaman terhadap kekuasaannya.

Sekretaris Media Gedung Putih Josh Earnest mengonfirmasi bebasnya Fowle. Dia mengatakan Departemen Pertahanan telah mengatur transportasi bagi warganya itu untuk keluar dari Korut atas permintaan Korut.

"Kami tentu saja menyambut baik keputusan tersebut," ujar Earnest, dikutip dari CNN, Rabu (22/10).

Dia menambahkan AS tidak memiliki informasi terbaru mengenai status dua warga AS lain, Matthew Miller dan Kenneth Bae, yang ditahan Korut. Earnest mendesak Korut segera membebaskan mereka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan pemerintah AS akan terus mengupayakan kasus keduanya. Dia memuji upaya tanpa lelah yang dilakukan kedutaan besar Swedia di Pyongyang yang menjadi perwakilan AS di Korut.

Bulan lalu, dalam wawancara dengan CNN, Fowle meminta pertolongan dari pemerintah AS. Dia juga mengungkapkan kondisinya di tahanan. Fowle mengatakan dia tidak mengeluhkan kondisi di tahanan.

"Sejauh ini semuanya baik. Saya harap dan saya berdoa ini akan berlanjut jiak saya berada di sini dua hari lagi atau dua dekade lagi," ujarnya.

Wawancara tersebut diawasi pejabat Korut sehingga pernyataan Fowle tidak bisa diverifikasi.

Fowle mengakui dirinya telah melanggar atura wisata. Saat itu dia sedang menunggu proses persidangan yang akan dimulai dalam satu bulan.

Bae, misionaris Korea-Amerika, dihukum kerja paksa selama 15 tahun pada 2013. Dia mengatakan harus bekerja delapan jam perhari, enam hari dalam sepekan di kamp pekerja.

Tribune Washington Bureau mengatakan Korut mengizinkan turisme dalam tingkat tertentu untuk mendorong menguatnya mata uang. Namun, Korut dengan ketat mengendalikan kegiatan pengunjung, interaksi dengan warga Korut dan melarang kegiatan keagamaan.

Ketika Amerika menawarkan untuk mengirim utusan khusus hak asasi manusia Robert King untuk membicarakan kasus penahanan warga AS, Korut mengatakan mereka ingin dikirimkan tokoh yang kedudukannya lebih tinggi, seperti mantan presiden Bill Clinton.

"Korut pada dasarnya tidak menanggapi. Jadi ini (pembebasan) adalah sebuah kejutan," kata pengamat Korea dari Center for Strategic and International Studies and Georgetown University Victor Cha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement