REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kesehatan Dr Kartono Muhammad mengatakan pengendalian efek rokok di Indonesia belum maksimal merubah gaya hidup masyarakat.
"Pengendalian rokok melalui iklan dan imbauan malah sering diledek jika di Indonesia," kata Muhammad Kartono yang merupakan Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, Selasa (28/10).
Menurut dia, kondisi tersebut disebabkan karena lebih banyaknya perokok aktif di Indonesia dibanding dengan para masyarakat pasif. Selain itu, pemilik bisnis rokok kebanyakan didominasi oleh orang luar negeri, sehingga kepeduliannya tentang Indonesia kurang berpengaruh.
"Pemiliknya luar negeri, tetapi penyakitnya kita yang memiliki, itu sangat ironi," ujarnya ketika menjadi pembicara di salah satu seminar hari Rabu (22/10).
Ia menjelaskan perbandingan dengan negeri Cina sudah berbanding terbalik, sekarang peringkat Indonesia menjadi naik untuk konsumsi rokok.
Usaha ini selalu terhambat oleh orang yang berkepentingan pada bisnis rokok. Sementara itu, para konsumen rokok juga merasa tidak terpengaruh terhadap kampanye antirokok. "Kampanye dengan gambar antirokok belum terlalu berpengaruh pada para perokok," ujar Dika salah satu perokok aktif.
Menurutnya, hal itu terjadi karena rokok memang menjadi konsumsi massa di masyarakat sekarang.