REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sidang Komisi Disiplin PSSI di Kantor PSSI Senayan, Jakarta, Selasa (28/10), memutuskan jika dua klub yaitu PSS Sleman dan PSIS Semarang akhirnya didiskualifikasi dari keikutsertaannya di babak delapan besar kompetisi Divisi Utama.
"PSS Sleman dan PSIS Semarang berhenti sampai di sini. Selanjutnya akan dilakukan investigasi satu persatu mulai pemain, pelatih maupun ofisial," kata Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Panjaitan usai sidang.
Untuk melakukan investigasi, kata dia, pihaknya membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Untuk itu pihaknya meminta kepada PT Liga Indonesia selalu operator kompetisi untuk menghentikan semua pertandingan sisa.
"Pertandingan semifinal dan final kami harapkan baru bisa dilaksanakan setelah investigasi selesai. Biar tidak ada lagi alasan yang aneh dalam menyikapi babak delapan besar ini," katanya menambahkan.
Hinca mengatakan, keputusan itu diambil setelah pihaknya melakukan pemanggilan terhadap pemain, pelatih dan official dari kedua klub. Bahkan semua yang dipanggil diajak menonton pertandingan antara PSS Sleman melawan PSIS yang diwarnai lima gol bunuh diri.
Setelah melihat rekaman pertandingan, kata dia, semua pemain maupun ofisial kepalanya langsung tertunduk. Kondisi itu menunjukkan ada permasalahan besar pada pertandingan yang memperebutkan posisi juara dan runner up grup itu.
"Sepak bola pada prinsipnya adalah untuk mencari kemenangan, tapi pada pertandingan PSS melawan PSIS justru sebaliknya. Mereka pengen kalah. Ini sudah mencederai fair play," kata Hinca dengan tegas.
Pria yang juga berprofesi sebagai penasehat hukum itu menegaskan, dengan kejadian yang dinilai merusak citra persepakbolaan nasional itu maka putusan yang ada tidak bisa dibanding. Bahkan kemungkinan sanksi akan ditambah dengan dasar hasil investigasi.
Dengan adanya keputusan ini pihaknya akan langsung menginformasikan ke PT Liga Indonesia untuk segera merealisasikan keputusan Komisi Disiplin PSSI.
Komisi Displin PSSI dalam putusannya juga merekomendasikan kepada Komite Wasit PSSI untuk memberhentikan wasit hingga pengawan pertandingan dari aktivitas hingga proses investigasi yang dilakukan tuntas.