REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang di pinggir Setu Babakan enggan direlokasi atau dipindahkan ke tempat lain jika revitalisasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, rampung dikerjakan.
Salah satu pedagang kerak telor Marzuki, di Jakarta, Rabu (29/10), mengaku lebih senang berjualan di pinggir Setu Babakan ketimbang di tempat yang jauh dari danau.
"Kalau saya pribadi, sama pedagang-pedagang di sini lebih seneng (berjualan) di sini. Soalnya ada rencana pedagang mau direlokasi kalau itu jadi (proyek Zona A)," kata pedagang kerak telor yang sudah berjualan di Setu Babakan selama tiga tahun itu.
Marzuki mengkhawatirkan berkurangnya pendapatan apabila lokasi berdagang dipindahkan ke tempat lain yang jauh dari danau. Ia berpendapat, pengunjung lebih senang bersantai di bawah pohon dan di pinggir danau yang kini menjadi tempatnya berjualan.
"Menurut saya pengunjung lebih seneng di sini, santai di bawah pohon sambil lihat-lihat danau, kalau dipindahin ke sana pasti sepi," kata Marzuki. Hal sama juga disampaikan penjual dodol Betawi Sumiyati yang khawatir dagangannya tidak laku apabila dipindahkan ke lokasi lain.
"Kalau pindah takutnya nggak laku, udah enak di sini," kata dia.
Sementara itu Komite Kesenian dan Pemasaran Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Indra Sutisna mengatakan pedagang tidak akan dipindahkan ke Zona A, melainkan ke lokasi lain dalam kawasan Setu Babakan.
"Kalau dalam master plan bukan dipindahkan ke Zona A. Di Zona A memang dibangun Rumah Kuliner Betawi, tapi bukan diisi oleh pedagang-pedagang itu," kata Indra.
Ia menjelaskan, pedagang yang berjualan di pinggir danau akan dipindahkan ke lokasi lain yang masih berada pada kawasan danau namun dalam jarak yang sudah ditentukan. "Secara nasional memang sudah dilarang berjualan di bantaran situ. Mereka tetap dipindahkan, ke lokasi yang kami tentukan nanti, masih dalam kawasan Setu Babakan," ujar Indra.