Rabu 29 Oct 2014 17:24 WIB

Bank Bersiap Hadapi Pengetatan Likuiditas Tahun Depan

Rep: Satya Festiani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
CIMB Niaga Bank (illustration)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
CIMB Niaga Bank (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Likuiditas diprediksikan semakin ketat pada 2015. Normalisasi kebijakan the Federal Reserve menjadi salah satu alasan utama pengetatan likuiditas di Tanah Air. Perbankan nasional bersiap menghadapi hal tersebut.

PT Bank CIMB Niaga, Tbk telah mempersiapkan kebutuhan dolar AS untuk tahun depan. "Untuk rupiah diharapkan Pemerintah baru akan menstimulasikan ekonomi supaya ada putaran uangnya," ujar Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly, Rabu (29/10).

Wan mengatakan, pertumbuhan kredit dalam rupiah untuk tahun depan akan terkait dengan kondisi ekonomi dan stimulasi Pemerintah untuk mendorong ekonomi. Bank CIMB Niaga memprediksikan pertumbuhan kreditnya akan berada sedikit di bawah pasar yang sebesar 14 persen. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga akan diselaraskan dengan pertumbuhan kredit untuk menjaga likuiditas.

PT Bank Mandiri, Tbk meyakini pertumbuhan kredit pada tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Bank berlogo pita emas tersebut menargetkan pertumbuhan kredit 2015 sebesar 16-17 persen, sedangkan tahun ini sebesar 15-17 persen. "Tahun depan anggaran kami masih kita susun. Sedikit lebih baik dibanding tahun ini," ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala Mansury.

DPK juga diharapkan akan lebih baik bila capital inflow bisa meningkat. Rasio kredit terhadap DPK (LDR) yang saat ini sebesar 93 persen diharapkan semakin membaik. "Kalau memang confidence lebuh baik dan capital inflow naik, DPK juga bisa lebih baik," ujarnya.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menambahkan bahwa pihaknya akan terus menambah cabang untuk meningkatkan likuiditas. Program branchless banking yang menyasar masyarakat yang belum tersentuh perbankan juga dalah satu cara untuk meningkatkan likuiditas.

Menurut Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja, satu-satunya cara untuk mengatasi pengetatan likuiditas adalah dengan mengukur pertumbuhan kredit yang disesuaikan dengan peningkatan dana. "Jadi jangan genjot kredit," ujarnya. Jika laju kredit masih tinggi, likuiditas akan ketat.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) Yap Tjay Soen memprediksikan, pertumbuhan ekonomi tahun depan yang moderate menyebabkan pertumbuhan pinjaman tidak akan tinggi. Hal itu menyebabkan likuiditas perbankan masih di tingkat yang aman. "Tahun depan likuiditas belum tentu ketat," ujar Yap.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement