Kamis 30 Oct 2014 14:21 WIB

The Fed Hentikan Program Stimulus

Rep: Satya Festiani/c88/ Red: Esthi Maharani
The Fed/Ilustrasi
Foto: ABC News
The Fed/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Program stimulus finansial terbesar dalam sejarah AS telah berakhir. Kini telah dimulai babak baru dalam perekonomian AS.

Pada Rabu (29/10) siang, The Fed mengumumkan telah menghentikan program stimulusnya. Stimulus yang dikenal sebagai quantitative easing (QE) ini telah berlangsung selama enam tahun sejak 2008. Selama ini The Fed mengucurkan dana miliaran dollar AS untuk membeli surat berharga negara (UST) dan menjaga tingkat bunga mendekati nol persen.

“Bank-bank telah memperoleh keuntungan akibat stimulus The Fed, karena jika perekonomian kuat maka mereka juga akan menguat,” kata profesor ekonomi dari Hamilton College seperti dikutip oleh The Guardian.

Berakhirnya stimulus The Fed tidak akan merugikan dunia perbankan. Bahkan berhentinya stimulus justru akan menguntungkan perbankan. Selesainya program stimulus menjadi tantangan finansial terbesar AS dalam beberapa waktu ke depan. Tantangan ini menyangkut dana miliaran dolar AS dan kepercayaan pasar.

Sementera itu, penghentian QE berdampak pada nilai tukar dolar AS yang menguat terhadap seluruh mata uang di negara-negara kawasan.

Berdasarkan data Bloomberg yang diakses pada pukul 10:30, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat pada Rp 12.149 per dolar AS, melemah 0,55 persen dibandingkan pada pembukaan. Di Thailand, nilai tukar baht melemah menjadi 32,56 baht per dolar AS, terdepresiasi 0,13 persen dibandingkan pembukaan.

Mata uang Korea, won, melemah 0,67 persen menjadi 1.054 won per dolar AS. Nilai tersebut melemah 0,67 persen dibandingkan pembukaan. Ringgit juga melemah 0,54 persen menjadi 3,2 ringgit per dolar AS. Mata uang Taiwan, dong, menjadi mata uang yang mengalami depresiasi paling rendah, yakni 0,05 persen menjadi 30,38 dong per dolar AS.

Ekonom PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, penguatan dolar AS disebabkan dihentikannya quantitative easing oleh Bank Sentral AS.

"Nilai tukar rupiah dalam waktu dekat pergerakannya ditentukan oleh kondisi AS," ujarnya. Menurutnya, nilai tukar saat ini sudah merefleksikan fundamentalnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement