Kamis 30 Oct 2014 19:00 WIB

Garin: Surabaya Sejarah Awal Industri Kreatif

Sutradara Garin Nugroho berdiri di depan poster film
Sutradara Garin Nugroho berdiri di depan poster film "Soegija".

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Sineas Garin Nugroho mengemukakan bahwa sejarah awal munculnya industri kreatif di Indonesia berasal dari Kota Surabaya yang ditandai dengan adanya kelompok komedi stambul.

"Komedi stambul berdiri di Surabaya sekitar tahun 1900-an. Saat itu Surabaya juga dikenal sebagai tempat hijrah terbesar di dunia," katanya pada seminar film Indonesia sebagai industri kreatif di Fakultas Sastra Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Kamis (30/10).

Sutradara yang banyak mendapatkan penghargaan di ajang nasional dan internasional itu mengemukakan bahwa saat itu kapal dari berbagai penjuru dunia datang ke Surabaya.

Kemudian, kata dia, orang Arab tinggal di Surabaya dan kini dikenal sebagai Kampung Arab (Ampel) atau orang-orang Tionghoa yang juga menetap, termasuk di Jember yang kemudian melahirkan perkebunan tebu seperti saat ini.

"Pada tahun 1920-an ada transformasi dari komedi stambul ke film. Hanya saja, industri kreatif Indonesia merupakan campuran dari kebudayaan asal Turki, ludruk, wayang dan lainnya. Jadi ibarat nasi campur," katanya.

Mengenai obsesi film Indonesia bisa mengalahkan produksi Hollywood, Garin menegaskan bahwa dirinya tidak pernah bermimpi seperti itu. Hal itu karena sejarah film Amerika dengan Indonesia sangat jauh berbeda.

"Sejarah film Hollywood itu adalah sejarah Amerika sendiri, karenanya saya tidak pernah bermimpi seperti itu. Sejarah film kita berasal dari nasi campur tadi," katanya dalam seminar yang juga dihadiri pembicara Prof Dr PM Laksono, MA, guru besar antropologi visual dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pada kesempatan itu, Garin mengajak mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF), Fakultas Sastra Unej dan insan film di Jember untuk terus mengasah sensitivitas dalam berkesenian.

"Apapun yang akan anda geluti, sangat penting adalah sensitivitas. Mereka yang mampu menjaga sensitivitas adalah orang yang mampu menangkap gejala kehidupan di masyarakat," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement