Rabu 05 Nov 2014 17:47 WIB

BPS: Lulusan SMK Paling Banyak Menganggur

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
ejumlah siswa SMK Islam Terpadu Al Furqon Sanden melihat proses pembuatan keripik sagu di Pundong, Bantul, Yogyakarta, Kamis (4/4). Kegiatan observasi tersebut untuk mengenalkan industri kecil sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang diharapkan berman
Foto: Antara
ejumlah siswa SMK Islam Terpadu Al Furqon Sanden melihat proses pembuatan keripik sagu di Pundong, Bantul, Yogyakarta, Kamis (4/4). Kegiatan observasi tersebut untuk mengenalkan industri kecil sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang diharapkan berman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketenagakerjaan akan menjadi salah satu tantangan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 7,24 juta orang.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah tersebut meningkat 90 ribu orang dari penghitungan terakhir yang dilakukan Februari 2014. Namun, jika dibandingkan dengan Agustus 2013, angka ini menurun sebanyak 170 ribu orang.

Berdasarkan status pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan yang paling banyak menganggur. Jumlahnya mencapai 813.776 orang atau 11,24 persen dari total tingkat pengangguran terbuka.

Suryamin mengatakan fakta ini harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, lulusan SMK yang sejatinya dibekali ilmu kerja, justru menjadi yang paling banyak tidak terserap tenaga kerjanya.

"SMK kan sekolah keahlian. Ahli mesin, las, dan sebagainya. Harusnya bisa langsung dapat kerja," ujar dia. Setiap sekolah juga diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan perusahaan untuk penyerapan tenaga kerja.

Jumlah pengangguran lulusan SMK juga meningkat dalam dua tahun terakhir. Pada Agustus 2013, lulusan yang menganggur mencapai 11,21 persen. Sedangkan pada 2012 sebanyak 9,97 persen.

Lulusan Sekolah Menengah Atas menempati urutan kedua yang menjadi pengangguran, yakni 9,55 persen. Kemudian secara beruntun Sekolah Menengah Pertama (7,15 persen), Diploma I/II/III/ (6,14 persen), Universitas (5,65 persen), dan Sekolah Dasar ke bawah (3,04 persen).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement