Jumat 07 Nov 2014 09:53 WIB

Tiga Model Pemilihan Khalifah Rasyidin (8)

Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah dipilih lewat musyawarah.
Foto: Islambook.net/ca
Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah dipilih lewat musyawarah.

Oleh: Harun Husein

Penduduk Kufah mencari az-Zubair tapi mereka tidak menemukannya. Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak bersedia.

Maka mereka pun berkata, ‘Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang ini.’ Mereka menemui Sa’ad bin Abi Waq qash . Mereka berkata, ‘Sesungguhnya engkau termasuk salah seorang anggota Majelis Syura’.

Namun Sa’ad tidak memenuhi permintaan mereka. Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar, tapi beliau pun menolak tawaran mereka. Merekapun bingung, lantas mereka berkata, ‘Jika kita pulang ke daerah masing-masing dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang menggantikan posisinya, manusia akan berselisih tentang urusan ini dan kita tidak akan selamat. Mereka kembali menemui Ali dan memaksanya di bai’at.

Al-Asytar an-Nak ha’i meraih tangan Ali dan mem bai’atnya kemudian orang-orang pun ikut membai’at beliau. Penduduk Kufah mengatakan bahwasanya yang pertama kali membai’at Ali adalah al-Asytar an-Nakha’i. Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis 24 Dzulhijjah. Itu terjadi setelah orang-orang terus mendesak beliau. Mereka semua berkata, “Tidak ada yang pantas memegangnya kecuali Ali.”

Keesokan harinya pada hari Jumat, Ali naik ke atas mimbar. Orang-orang yang belum membai’at beliau kemarin berbondong-bondong membai’at beliau. Orang pertama yang membai’at beliau saat itu adalah Thalhah kemudian Zubair. Bai’at ini terjadi pada hari Jum’at 25 Dzhulhijjah tahun 35 H.

* Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin al-Hanafiyah, ia berkata, “Aku bersama Ali saat Utsman dikepung, lalu datanglah seorang lelaki dan berkata, ‘Sesungguhnya Amirul Mukminin telah terbunuh.’ Kemudian datang lagi lelaki lain dan berkata, ‘Sesungguhnya Amirul Mukminin baru saja terbunuh.’ Ali segera bangkit namun aku cepat menengahinya karena khawatir akan keselamatan beliau. Beliau berkata, ‘Celaka kamu ini!’

Ali segera menuju kediaman Utsman dan ternyata beliau telah terbunuh. Beliau pulang ke rumah lalu mengunci pintu. Orang-orang mendatangi beliau sambil menggedor-gedor pintu lalu menerobos masuk menemui beliau. Mereka berkata, ‘Lelaki ini (Utsman) telah terbunuh.

Sedang orang-orang harus punya khalifah. Dan kami tidak tahu ada orang yang lebih berhak daripada dirimu.’ Ali berkata, ‘Tidak, kalian tidak menghendaki diriku, menjadi wazir bagi kalian lebih aku sukai daripada menjadi amir.’ Mereka tetap berkata, ‘Tidak, demi Allah kami tidak tahu ada orang lain yang lebih berhak daripada dirimu.’

Ali berkata, ‘Jika kalian tetap bersikeras, maka bai’atku bukanlah bai’at yang rahasia. Akan tetapi aku akan pergi ke masjid, barangsiapa ingin membai’at ku maka silakan ia membai’atku.’ Ali pun pergi ke masjid dan orang-orang pun membai’at beliau.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement