REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Suasana di Jalan Pahlawan yang biasanya padat oleh lalu lalang kendaraan, Ahad (9/11) siang berubah ‘mencekam’. Ruas jalan di samping monumen Tugu Pahlawan tersebut mendadak jadi 'arena perang'.
Suara ledakan bom, bunyi desingan peluru dan ‘raungan’ serine bersahut-sahutan. Begitulah suasana drama teatrikal yang dibawakan muda-mudi Surabaya memperingati Hari Pahlawan 2014.
Suasana heroisme perjuangan arek-arek Surabaya pada 10 November 1945 silam, serasa hadir kembali. Kali ini, drama teatrikal bertema Radio Pemberontak yang mengisahkan peran radio propaganda yang diprakarsai Bung Tomo untuk melawan pasukan Sekutu.
Acara bertema Parade Surabaya Juang tersebut menjadi puncak peringatan Hari Pahlawan di Kota Surabaya. Ribuan warga membludak di sepanjang jalan pahlawan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu, ikut larut hadir, baik menjadi peserta parade maupun sekedar menonton.
“Merinding saya. Saya seperti berada di peperangan tahun 45 dan ikut merasakan bagaimana semangat arek-arek Surabaya kala itu,” ujar Ramadan, pelajar asli Surabaya yang menyaksikan langsung Parade Surabaya Juang.
Tak hanya warga Surabaya, Parade Surabaya Juang juga disaksikan oleh warga luar kota. Salah satunya Utami (41). Warga Probolinggo ini mengaku berangkat dari rumahnya sejak pukul 09.00 WIB. "Ini kayak sungguhan. Saya merasakan suasana seperti perang sungguhan," ujar dia.
Setelah menyaksikan aksi teatrikal, Wali Kota Tri Rismaharini bersama jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya memimpin barisan parade dari atas mobil panser. Barisan yang terdiri dari berbagai kelompok dan komunitas masyarakat itu menyusuri jalan-jalan utama dan tempat-tempat bersejarah. Di Hotel Majapahit, atau dahulu Hotel Yamato, kembali ditampilkan teatrikal untuk mengenang aksi penyobekan bendera Belanda di atas gedung hotel.
Dari Hotel Yamato, tak terlewat, Wali Kota bersama Forpimda berjalan kaki dan mendorong para veteran di atas kursi roda menuju Balai Kota Surabaya. Risma mengatakan, kegiatan Parade Surabaya Juang digelar untuk menggugah warga Surabaya, utamanya anak-anak muda agar menapaktilasi semangat perjuangan para pejuang di tahun 1945 dalam mempertahankan kemerdekaan dari sekutu.
“Surabaya ini beda dengan kota-kota lainnya. Kita adakan acara ini supaya anak-anak kita mengerti momen perjuangan arek-arek Suroboyo. Melalui acara ini, anak-anak bisa tahu bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan cara mudah, tetapi dengan mengorbankan jiwa dan raga,” ujar Risma.
Di acara tahunan tersebut, Forpimda Surabaya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Surabaya, para veteran pejuang dan anak-anak muda Surabaya, berbaur menjadi satu. "Kolaborasi anak-anak muda, pemangku jabatan dan veteran, kita harapkan bisa bersinergi untuk menyongsong hari esok yang lebih baik," kata Risma .
Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhamad Fikser yang ikut serta dalam pawai Parade Surabaya Juang mengatakan, sedikitnya ada 23 kelompok turut ambil bagian dalam event yang sudah menjadi agenda rutin tahunan ini. Diantaranya dari komunitas pejuang Roode Burg, Drum Band Taruna AAL, Drum Band VSNMN dari ITS Surabaya, Drum Band SMAN 19 Surabaya, dan juga komunitas masyarakat seperti paguyuban PKL hingga Laskar Modin.
Dengan berjalan kaki, mereka menapaki rute sejauh 3,3 kilometer mulai Jalan Pahlawan-Jalan Gemblongan-Jalan Tunjungan-Jalan Gubernur Suryo-Jalan Yos Sudarso-Jalan Jaksa Agung Suprapto dan berakhir di Taman Surya. Di Taman Surya, yagn berada persisi di depan Balaikota,ratusan warga antusias menunggu kedatangan rombongan peserta Parade Surabaya Juang.
Parade Surabaya Juang merupakan satu dari banyaknya kegiatan yang digagas oleh Pemkot Surabaya untuk memperingati Hari Pahlawan. Kegiatan lainnya diantaranya Sekolah Kebangsaan dan Surabaya Membara.