Senin 10 Nov 2014 22:47 WIB

Polisi Amankan Kawasan Tambang Gunung Botak

Garis Polisi. Ilustrasi
Foto: Antara
Garis Polisi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Polres Pulau Buru mengerahkan 125 personel untuk pengamanan kawasan pertambangan emas rakyat Gunung Botak Desa Wamsait, Kecamatan Teluk Kaiely, menyusul bentrokan yang terjadi antarpara penambang pada 3 November 2014.

"Sebanyak 125 personel disebarkan di kawasan gunung Botak guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan dan dapat menimbulkan korban jiwa," kata Kabag Ops Polres Buru, AKBP Agung Tribawanto, saat dikonfirmasi dari Ambon, Senin.

Dia mengakui saat ini kondisi keamanan di lokasi penambangan emas rakyat tersebut maupun di Namlea, ibu kota kabupaten Pulau Buru, aman dan kondusif.

Agung mengatakan, bentrok antar penambang tersebut mengakibatkan tiga orang meninggal dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka.

Agung menegaskan, pihaknya sedang melakukan penyelidikan dan penyidikan di lapangan guna mengungkap akar masalah bentrokan antarpara penambang tersebut.

Dia mengatakan, berdasarkan informasi yang dihimpun korban pertama yang meninggal Otis Solisa (40) diduga terlibat pertengkaran pada salah satu kafe di kawasan penambangan rakyat tersebut, sehingga akhirnya dibacok dan meninggal.

"Kematian korban Otis memicu kemarahan keluarganya, sehingga datang ke lokasi untuk mencari pelaku, sehingga akhirnya terlibat bentrok dengan para penambang," katanya.

Dia menandaskan, dugaan sementara kematian Otis karena dendam pelaku Syaiful alias Arga, penambang asal Palopo, Sulawesi Selatan. Pelaku juga ditemukan tewas pada hari berikutnya.

Begitu juga penambang lainnya Marsandi yang ditemukan tewas di kawasan pintu air Waelo tersebut.

Karena itu, Agung menandaskan pihaknya masih melakukan penyelidikan, termasuk memintai keterangan sejumlah saksi guna mengungkap motif kematian

ketiga korban, termasuk identitas para pelakunya.

Dia menambahkan, situasi dan kondisi keamanan di kawasan Gunung Botak maupun Namlea, ibu kota kabupaten Buru, telah aman dan normal kembali.

"Situasi sudah aman dan kondusif. Aparat masih mengintensifkan patroli secara termasuk melaksanakan razia senjata tajam, senjata api dan miras. Ini penting untuk menciptakan ketentraman di tengah-tengah masyarakat di Pulau Buru," katanya.

Sedangkan Gubernur Maluku Said Assagaff secara terpisah mempersilakan DPRD setempat memanggil Bupati Buru Ramly Umasugi terkait pertikaian di lokasi

penambangan emas yang menewaskan tiga orang dan sejumlah lainnya terluka.

"Masalah bentrokan di Gunung Botak sudah berulang kali terjadi sehingga harus segera dituntaskan," katanya, di Ambon, Senin.

Gubernur menegaskan, telah mengarahkan Bupati Buru sejak tahun 2012 untuk menutup kawasan penambangan yang terindikasi dilakukan secara liar tersebut.

"Saya dan Sekda Maluku Ros Far- Far telah mengingatkan Bupati Buru agar menutup dulu aktivitas penambangan guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan terutama bertambahnya jumlah korban," ujarnya.

Gubernur juga mengimbau aparat keamanan agar bertindak tegas terukur dalam menangani pertikaian di kawasan Gunung Botak sehingga tidak merambah ke Namlea, ibu kota Kabupaten Buru, apalagi telah mengarah pada pertikaian antara masyarakat adat dengan penambang dari luar Maluku.

Penutupan penambangan di kawasan Gunung Botak ini sebenarnya telah diarahkan saat Karel Albert Ralahalu dan Said Assagaff memimpin Maluku periode 2008 - 2013.

Pertimbangannya, penambangan emas di sana menggunakan merkuri sehingga mencemari lingkungan berdasarkan direkomendasikan yang dikeluarkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement