Kamis 13 Nov 2014 17:12 WIB

Haji Perspektif Syariah, Tarekat, Dan Hakikat (13)

Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Mengadakan perjalanan menuju rumah itu (haji) adalah kewajiban manusia yang sanggup terhadap Allah. Barang siapa yang mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan) alam semesta.” (QS Ali Imran [3]:96-97).

Hadis dan ayat tersebut mengisyaratkan adanya Ka’bah secara fisik (al-ka’bah al-shuri) dan Ka’bah secara spiritual (al-ka’bah al-ma’nawi).

Ka’bah secara fisik terdiri atas dua bagian, yaitu Ka’bah fisik yang berada di kompleks Masjid Haram, dan bagian lain ialah hati secara fisik yang juga dapat disebut Baitullah, dalam bentuk bangunan bersegi empat.

Sedangkan Ka’bah secara spiritual ialah jiwa makrokosmos (al-insan al-kabir) atau biasa disebut jiwa alam raya (al-naf al-kulliyah). Hal ini sejalan dengan pemahaman secara spiritual ayat dan hadis di atas. Ka’bah secara spiritual juga dihubungkan dengan ayat, “Maka, ketika Aku telah menyempurnakannya dan Aku meniupkan ruh-Ku di dalamnya.”(QS Shad [38]: 72).

Ayat ini mengisyaratkan ruh insan shagir (mikrokosmos) diciptakan sebelum yang lainnya diciptakan. Asumsi ini juga diperkuat dengan hadis qudsi yang popular dalam ilmu tasawuf: “Bumi-Ku dan langit-Ku tidak mencakup diri-Ku, namun hati hamba- Ku yang mukmin mencakup diri-Ku.”

Dada manusia (al-shadr) yang dikonotasikan dengan Baitullah atau Ka’bah spiritual dihubungkan juga dengan ayat, ”Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu.” (QS Alam Nasyrah [94]:1).

Baitullah atau Ka’bah, baik dalam arti fisik maupun spiritual, merupakan kiblat peribadatan atau objek tawajjuh. Bahkan, dikatakan dalam hadis, “Tidak sah shalat bagi mereka yang tidak menghadap ke kiblat.”

Ka’bah se bagai objek tawajjuh merupakan keniscayaan karena bukankah lafaz ikrar dalam iftitah seluruh ibadah, hidup dan kehidupan serta kematian kita semuanya hanya untuk Allah SWT, Sang Pemilik Ka’bah?

Ka’bah adalah jiwa universal yang disebut dengan Baitullah yang agung. Manisfestasinya di atas permukaan air sebagai isyarat pada alam-alam ruhani yang tampak sebelum alam-alam jasmani. Karena biasanya setiap sesuatu yang mewujud memiliki sesuatu yang di atasnya.

Tidak diragukan bahwa jiwa universal berada di atas jiwa-jiwa partikular dan alam-alam ruhani. Allah berfi rman, “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Dan arasy-Nya berada di atas air,“ (QS Hud [11] : 7).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement