REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah bersumpah akan memenangkan pertarungan di Yerusalem setelah serangan di Sinagog. Dua orang Palestina membunuh empat pendeta Yahudi di tempat ibadat Yerusalem Barat. Mereka kemudian ditembak mati oleh polisi.
‘’Siapa pun yang ingin mencabut kami dari negara dan ibukota kami, tidak akan berhasil,’’ kata Netanyahu, dikutip BBC. Serangan pada Selasa adalah yang terparah di Yerusalem dalam enam tahun terakhir. Ada 25 jemaat di Sinagog pada saat itu, dan tujuh orang diketahui terluka serius.
Serangan di Sinagog terjadi di Bnei Torah Kehilat Yaakov dan seminar religi di situs Shimon Agassi Street. Tempat tersebut merupakan rumah bagi komunitas Yahudi Ortodox di Har Nof. Penyerang menggunakan pistol dan pisau daging.
Empat pendeta Yahudi yang tewas yaitu Moshe Twersky (59 tahun) yang merupakan ketua seminar. Selain itu Arieh Kupinsky (43 tahun), Kalman Levine (55 tahun) yang memegang passport AS dan Avraham Goldberg (68 tahun) yang merupakan warga negara Inggris.
Seorang saksi mata, Yosef Posternak mengatakan pada Israel Radio seorang penyerang menggunakan pistol dan menembak dari jarak dekat. Satu orang lagi menggunakan pisau daging dan menusuk membabi buta. Militan Popular Front for the Liberation of Palestine mengaku melakukan aksi tersebut. Mereka menyebutkan operasi heroik.
Pemakaman empat rabi tersebut dilakukan di Yerusalem pada Selasa. Ribuan orang menghadirinya. Seorang polisi, Zidan Seif yang juga diserang telah meninggal setelah dibawa ke rumah sakit Hadassah. Penyerang yang diidentifikasi sebagai Uday dan Ghassan Abu Jamal berasal dari Yerusalem timur. Mereka bersaudara.
Pasca serangan Sinagog, bentrok terjadi di Jabal Mukaber, distrik Yerusalem Timur. Pasukan keamanan Israel diperintahkan menangkap beberapa anggota keluarga penyerang. Ketegangan kembali meningkat setelah beberapa minggu. Sementara situs Al Aqsa mereda pasca izin masuk Muslim untuk beribadah di Mesjid.